Jumat, 14 Desember 2012

Social Media dan Budaya Stalking

Saya rasa internet sekarang semakin memudahkan seseorang untuk menambah wawasan dan mencari informasi, dari website, forum, blog, jejaring sosial dan sebagainya. Baca artikel, cari referensi buat tugas, bertanya tentang banyak hal, saya rasa internet adalah perpustakaan digital buat saya, dimana saya bisa mencari beragam informasi dari dalamnya, sesuai dengan kebutuhan, minat dan keinginan kita

Bahkan dari Twitter dan Facebook yang bagi sebagian orang sekedar sebagai sarana untuk berinteraksi, ber-ha-ha-hi-hi sama temen2 atau sarana meluapkan emosi. Bagi saya jejaring sosial terlaris di Indonesia ini bisa jadi sarana informasi, nggak cuma buat meluapkan emosi atau sarana interaksi. Ya setidaknya kalaupun kamu galau, tulislah tweet atau status yang bermanfaat/pelajaran yang kamu petik dari kegalauanmu. Bukan hanya keluhan.

Bagi saya, jejaring sosial itu juga bisa jadi sarana informasi. Jujur sih, kalo lagi butuh informasi tentang seseorang, kadang saya suka search nama-nama mereka di Facebook atau Twitter. You know lah ya, sekarang siapa sih yang nggak punya Facebook? Bahkan budhe saya yang berumur 50 tahun aja punya Facebook. Sekarang asalkan kamu tahu nama panjangnya, search namanya di Facebook, Twitter atau Google and voila! you will get information about them! Ya, asalkan orang yang kamu cari nggak alay aja sih, yang nulis nama di jejaring sosial dengan nama yang aneh-aneh.

Ya, jejaring sosial emang memancing kita buat kepo. Karena yang paling menyebalkan, kadang mereka lebih open kalo sama Facebook atau Twitter. Lebih update kasih informasi ke sosmed daripada ke kita. Jadi daripada tanya mereka nggak dijawab, mending stalking TL mereka aja kan ya. Karena kadang kita malah lebih banyak dapet informasi dari jejaring sosial mereka daripada kita tanya langsung. Ini juga berlaku buat kalian yang masih memendam cinta lama yang belum kelar ke mantan tapi gengsi buat ngawali conversation, apalagi yang putusnya nggak enak. 'Memantau' timeline mereka menjadi satu-satunya cara buat kalian tahu kabar dan keadaan mereka.

Sumber : Thinkstock
It's okay, saya akui kadang saya suka stalking atau ngepoin TL orang. Tapi saya rasa itu sah-sah aja. Karena bagi saya, setiap pengguna social media harus tahu resikonya bahwa apapun yang udah diupload, ditweet atau diupdate di internet, bakal jadi konsumsi umum. Kalo pengen punya privacy atau nggak pengen dibaca banyak orang, nulis diary aja sanah :p

Selain sarana buat 'kepo-ing' Jejaring sosial bagi saya juga bisa jadi sarana berbagi informasi atau tips, kamu ngetweet peristiwa yang kamu tahu, as long as you can take responsibility from your information that you shared, sejauh informasi yang kamu berikan itu benar dan dapat dipertanggungjawabkan, itu akan jauh lebih bermanfaat bagi followers atau friends kamu.

Internet khususnya jejaring sosial menyajikan begitu banyak pilihan dan tugas kita sebenarnya hanya menyaring informasi yang layak dan tidak layak kita pilih. Itu aja sih. Selebihnya, kita bisa mendapat manfaat yang luar biasa dari dalamnya :)

Banyak Baca, Banyak Tahu, Banyak Ilmu :)

Wah, udah lama banget nih nggak nulis blog. Udah vakum sebulan lebih gara-gara tugas kuliah yang menggila. Udah semester akhir sih, kuliah emang udah jarang masuk, tapi tugasnya bejibun. Habis itu sibuk bikin proposal skripsi (cieeeh, pamer dikit nih, hahaha). Tapi alasan di atas cuma sekedar alasan, blogreader. Alasan yang utama sebenernya adalah IDE SAYA LAGI MAMPET, hahaha. But anyway, saya di sini nggak mau ngeluh soal tugas, proposal atau kesibukan kuliah yang menjadi kewajiban saya sebagai mahasiswa. Saya mau share soal obrolan pagi yang inspiratif dengan seorang teman di radio tempat saya bersuara.

Sebenernya nggak cuma obrolan pagi sih, blogreader. Saya udah sering ngobrol sama dia dan kemudian jadi menginspirasi saya untuk menulis lagi adalah WAWASANNYA (sebelumnya saya udah bahas cuplikan dikit soal wawasan di tweet saya). Karena hampir setiap hari kalo ketemu, dia selalu share dan berbagi informasi yang menurut saya nggak sekedar nggosip atau sekedar rumpi sana rumpi sini. Ya, emang nggak dipungkiri wawasan dia luas banget, padahal dia lulusan SMA (saya nggak mau bilang "CUMA lulusan SMA" karena terkadang kata 'CUMA' di depan suatu frase mengandung unsur meremehkan). Ya, dia lulusan SMA, tapi wawasannya lebih luas dari saya yang mahasiswa. Kadang ada orang yang memandang bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin luas pula wawasannya. And it doesn't work at him. Dan satu lagi, bahasa inggrisnya jauh lebih OKE dari saya yang mahasiswa komunikasi, yang notabene bahasa inggris adalah bahasa internasional dan seharusnya saya kuasai sebagai lulusan komunikasi.


Sumber : Thinkstock
Jadi, darimana dia bisa memiliki wawasan luas? darimana dia bisa memiliki kemampuan bahasa inggris yang oke. Jawabannya adalah BANYAK BACA! Ya, setahu saya dia banyak baca. Pekerjaannya mengharuskan dia untuk banyak baca. Sebenernya media baca nggak cuma lewat buku aja sih, tapi bisa juga lewat internet.  atau kita bisa juga mendapatkan informasi dari MENDENGARKAN. Jadi blogreader, ternyata tingkat pendidikan seseorang tidak menentukan wawasannya. Bahwa pendidikan hingga S-Sekian juga belum tentu memiliki wawasan yang luas dan pendidikan yang tidak tinggi juga bukan menjadi akhir wawasannya tertutup begitu saja. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari luar bangku pendidikan formal.

Banyak baca, banyak mendengarkan, banyak tahu, banyak ilmu. So, itulah sebabnya Tuhan memberikan kita dua mata agar kita banyak melihat dan banyak membaca, dua telinga agar kita banyak mendengar, dua kaki dan dua tangan untuk lebih banyak bekerja, serta satu mulut supaya nggak banyak bicara :)

Kamis, 01 November 2012

About My Style

Dunia kuliah yg sudah 3 tahun saya jalani makin membuka mata saya lebar2. Dunia yg lebih luas dan dunia yg mengingatkan saya bahwa 'di atas langit masih ada langit'. 
Dunia kuliah membuka mata saya untuk melihat sisi kehidupan hedon mahasiswa, gaya hidup glamor, nongkrong dan ber-ha-ha-hi-hi di mall, karaoke, belanja barang bermerek, ngikutin perkembangan gadget dan lainnya. Sisi kehidupan yang terlihat mencolok, terutama dari sisi wanita yaitu gaya hidup glamor dan belanja barang bermerek. Saya menganggap kampus saya sbg 'catwalk'. Kenapa? karena cewek2 di dalemnya kalo kuliah dandannya udah kayak mau ikut kontes modelling. Dari wedges yg gede & tingginya mantep bgt kalo buat nglempar maling, make up yg bling-bling, baju2 dgn model macem2 dan lainnya.  Trus model rambut jaman sekarang, panjang terurai belah tengah kayak gadis shampo. Pokoknya fashionable banget lah. 
Habis liat mbak2nya yang gaya abis, trus kadang saya suka ngaca dan melihat diri saya sendiri. OMG! Apa-apaan aku ini?! Jelas beda lah. Satu kata untuk menggambarkan gaya saya : BERANTAKAN! Rambut ikal nanggung, panjang nggak, pendek tapi panjang (tau ahh gelap!). Jangankan dandan, pake eye shadow, lipstick or whatever. Bedak-an aja nggak! Kalo cewek2 kebanyakan pake tas2 model ibu2 mau jagong, saya cukup nyaman dengan ransel item belel saya. Kemeja dan kaos oblong apa adanya dan spokat karet yg ga pernah dicuci. Apalagi kalo kuliah pagi, udah kayak orang baru bangun tidur aja tuh. Jadi intinya, saya bukan atau tepatnya BELUM menjadi (karena mungkin, suatu saat nanti, entah kapan, ada yg merubah saya) spesies dan tipikal mbak2 fashionable.
Meskipun nggak semua dari mbak2 itu aslinya cantik2, tapi kalo cewek pinter dandan dan modis, mesti deh keliatan cantik. Jujur sih, kadang ngiri juga ngeliat mbak2 keliatan cantik, gaya dan jadi pusat perhatian. Pengen juga sekali-kali keliatan cantik, rapi dan gaya, tapi kadang gaya yg kayak gitu nggak bikin saya nyaman. Pernah sekali-kali nyoba dandan, tapi di muka rasanya berat banget. Trus sekalinya dandan, temen2 deket pada heboh. Soalnya, katanya sih, orang yg jarang dandan, sekalinya dandan itu keliatan banget. Jadi saya dilema, antara pengen tampil cantik tapi nggak nyaman dan antara pengen nyaman tapi keliatan old fashion dan gitu2 aja. Saya tahu, penampilan itu penting banget. Tapi...... yaaaa kembali lagi ke diri saya, agak sulit untuk keluar dari zona nyaman terutama dalam hal berpakaian dan berdandan. Entah suatu saat nanti saya bakal berubah, tapi untuk saat ini SAYA NYAMAN MENJADI DIRI SAYA SENDIRI :)

Senin, 29 Oktober 2012

Catatan Seorang Penglajo

Nggak kerasa udah semester 7 dan udah 3 tahun saya nglajo Sragen-Solo PP. Rasanya kok cepet banget gitu. Dari 3 tahun nglajo, ada banyak pengalaman, cerita konyol, dan suka duka yg saya alami. Meskipun kadang capek ditambah lagi udah 1 tahun lebih siaran, ini membuat saya harus pinter2 bagi waktu dan siap bercapek2, karena rumah saya dan tempat saya siaran ada di Sragen sementara kampus di Solo.

Rute perjalanan saya sehari-hari kalo ngampus (Sumber: GoogleMaps)

Tapi saya nggak menyesal menjalani kegiatan 'nglajo' yg bagi sebagian orang yg belum mengalami dipandang melelahkan. Saya merasa lebih nyaman seperti ini. Banyak yg nanya "kenapa nggak ngekos?". Yaa, dulu saya pernah ngekos, udah bayar 1tahun dgn harga 2,3 juta, baru tinggal di kost 1minggu udah ga betah. Akhirnya memutuskan untuk nglajo dan sama sekali nggak pernah menyambangi kos. Gimana mau betah? Udah kagak ada yg kenal, sekalinya kos, dibully pulak. Motor saya ditempelin tulisan trus spionnya dipuntir, untung nggak dibocorin sekalian bannya *curhat dikit, hihihi*. Sebenernya saya sih yg salah, karena saya juga nggak beradaptasi dgn baik. Ibu kos yg kebetulan kenal sama papa saya sampe nelpon papa saya, kirain saya ngilang kemana gitu. Selain alasan nggak betah kos, sekarang saya juga punya alasan lain yaitu siaran.

Awal-awal semester, saya masih punya banyak kenalan, jadi kadang kalo berangkat atau pulang, sering nebeng atau barengan. Biasanya nebeng si Upix sama si Rheny. Trus kadang kalo lagi pengen main, malemnya nginep di kos temen. Dulunya sih kos Rheny yg suka jadi tempat transit saya, suka jemput saya di gerbang depan pas saya naik bis, karena jarak gerbang depan sama kampus saya jauh banget, kalo jalan lumayan gempor deh ini kaki, mana medannya naik turun pula. Dulu, saya sering banget jalan kaki dari gerbang depan sampe kampus. Alhasil, kaki saya sekarang gede, lumayan deh kalo buat nendang orang, hahaha.

Mulai semester 4, saya jadi jarang banget nebeng orang. Biasanya sih nebeng adik, naik bis sendiri atau naik motor. Jadi jarang main juga soalnya udah mulai siaran, jadi nggak punya banyak waktu longgar. Tapi kebetulan jadwal kuliah dan jadwal siaran sejalan. Syukur banget, sampe saat ini bisa membagi waktu dengan baik.

Oya, saya juga mau cerita suka dukanya nglajo. Diawali dengan sukanya:
  1. Irit. Paling cuma buat transport aja, makan dan jajan udah disediain di rumah. Paling saya jajan kalo lagi pengen aja. Dengan uang saku sama, kalo kos duit segitu musti dicukup2in buat makan sama transport dan nglajo yang cuma buat transport, ya mending nglajo dong. Lebih irit, hehehe
  2. Home sweet Home. Entah karena pengaruh zodiak saya (katanya orang Cancer itu anak rumahan) atau emang sayanya yg ga bisa jauh2 dari rumah, tapi emang rasanya seneng banget kalo bisa pulang ke rumah tiap hari. Meskipun pulangnya malem dan tinggal tidur doang, tidur di rumah itu lebih nyaman dibanding tempat manapun
  3. Meminimalisir niat untuk main. Saya memandang bahwa sering2 main itu bikin boros. Kalo pas di kos, ada2 aja niat buat main karena banyak nganggurnya. Kalo udah di rumah, saya mau keluar lagi juga males
Lanjut ke dukanya :

  1. Capek. Apalagi kalo pas naik motor, belum lagi cuaca panas yang kadang sampe bikin kulit serasa terbakar. Kalo naik bus, pas busnya penuh juga kerasa banget capeknya. Karena kadang mesti berdiri sampe kampus. Padahal jarak Sragen-Solo itu sekitar 30km, ditempuh dalam waktu kurang lebih 1jam kalo naik bus dan 50 menit kalo naik motor
  2. Kadang jauh2 berangkat kuliah dgn semangat, eh sampe kampus taunya kosong. Kadang jarkom kuliah kosong yg telat masuk. Jadi pas sampe parkiran, buka sms, eh ternyata kuliah kosong. Jadi kerasa sia-sia banget gitu kan usaha menempuh perjalanan segitu jauhnya
Saya juga mau compare suka-dukanya nglajo naik bus dan naik motor :

1. Sukanya naik motor
  • Lebih cepet nyampe kampus
  • Kalo mau main kemana2 habis kuliah, nggak repot transport
  • Lebih irit
2. Dukanya naik motor
  • Capeknya dua kali lipat dibanding naik bus
  • Mesti siap kena panas, angin, debu
  • Kadang emosi juga sama pengendara motor lain yg kadang 'aneh' dan menyebalkan. Niatnya naik motor bisa sampe tujuan dgn selamat, taunya malah cari musuh gara2 beda kepentingan sama pengendara lain
  • resiko tinggi
3. Sukanya naik bus
  • Nggak capek, apalagi kalo pulang-pergi dapet tempat duduk
  • Nggak kepanasan karena bus yg saya tumpangi hampir semuanya ber-AC
  • resiko kecil karena kita cuma numpang, beda kalo naik motor sendiri, resiko ditanggung pengendara
4. Dukanya naik bus
  • Kalo pas lagi penuh sampe desak2an, pernah juga saking penuhnya sampe cuma bisa berdiri dgn 1 kaki. Bayangin aja, bus yang sedianya cuma buat 60 orang, dimuatin 110 orang! pernah juga saking penuhnya, sampe pintu bus nggak bisa ditutup!
  • Banyak makan waktu, apalagi sekarang bus yg buat berangkatnya nggak lewat depan kampus gara2 pembangunan jembatan. Jadi mesti oper angkot, belum lagi oper bus kampus. kadang harus berangkat 2 jam lebih awal dari jam masuk kuliah
  • Boros. apalagi mesti oper 2 kali. kalo dulu waktu belum ada pembangunan jembatan, paling oper 1 kali, naik bus kampus
  • Kadang emosi juga sama penumpang lain, apalagi kalo pas busnya penuh. Kadang sampe terkesan rebutan tempat duduk gitu
  • Pengamen rese' dan copet. Ini nih yg kadang bikin males. Dulu saya juga pernah hampir kecopetan. Trus juga dibentak2 dan hampir ditoyor pengamen gara2 saya nggak ngasih recehan. Nah, dia kan posisinya minta. Minta baik2 aja orang belum tentu ngasih, apalagi pake kekerasan gitu -___-"
Nah itu tadi catatan saya selama 3 tahun jadi penglajo jalanan Solo-Sragen. Semoga bermanfaat :)

Selasa, 23 Oktober 2012

Menulis dan Membaca

Menulis dan membaca. Saya rasa ada korelasi kuat antara dua hal ini. Satu hipotesis yang pernah saya tarik untuk sebuah makalah yang siap saya lombakan kala SMP namun gagal ditengah jalan akibat ketidaktepatan judul. Saya berasumsi bahwa menulis akan menghasilkan sebuah bacaan dan bacaan ini akan dibaca kemudian dari membaca akan lahir sebuah ide untuk menulis dan begitu seterusnya.


Menulis dan membaca. Dua kegiatan yang di masa perkembangan saya, pernah menjadi hobi menarik bagi saya dan membentuk suatu cita-cita. Cita-cita terbesar saya saat itu adalah menulis sebuah buku. Berawal dari menulis diary sampai menulis cerita. Sebagian hanya memenuhi space memory di komputer, sebagian berujung di lemari dan sebagian berakhir di tempat sampah atau yang lebih parah, hanya sekedar menjadi ide di otak. tapi satu hal yang pasti, dulu bahkan sekarang, saya masih merasa MALU jika tulisan saya dibaca.

Hingga pada akhirnya, suara-suara di sekeliling saya mengatakan bahwa menulis dan membaca itu tidak 'keren' dan hidup dari menulis itu tidak cukup untuk hidup. Ditambah lagi kegagalan saya pada lomba penulisan makalah membuat semangat menulis dan membaca saya seketika menguap begitu saja.

Meskipun saya sempat menikmati hasil dari tulisan saya ketika karya saya dimuat di majalah anak tingkat nasional dengan honor ratusan ribu. Uang yang sangat besar bagi saya yang saat itu masih berseragam putih biru. Hingga masa putih abu-abu, tidak lagi saya temukan semangat membaca ataupun melanjutkan ambisi untuk menulis buku. Kata mereka, jadi penulis? baca buku? ahh, cupu! Atas dasar ketidakinginan untuk menjadi cupu, sayapun berhenti menulis dan membaca seperti dulu. Meskipun pada akhirnya, saya tetap merasa cupu.

Dan kini, melalui blog, saya mulai bangkit untuk kembali menulis dan membaca. Bahwa hobi menulis tidak melulu jadi penulis. Bahwa menulis dan membaca itu nggak cupu, yang cupu adalah ketika kamu punya hobi dan cita-cita, tapi berhenti mewujudkannya :)

Selasa, 16 Oktober 2012

Remembering High School Moments

Nggak tahu kenapa mendadak pengen nulis entry tentang momen2 SMA, momen yang sudah sejak 3 tahun lalu saya tinggalkan. Tapi nggak bisa dipungkiri kalo masa SMA itu masa2 yg paling indah, unforgettable moment dan kalo diinget sekarang, rasanya kok konyol banget, meskipun kita merasa 'waras; saat melakukan kekonyolan itu pas SMA. Well, saya mau menyebutkan beberapa hal yang unfogettable dan membuat saya selalu ingat masa SMA:

1. Suka ninggalin buku di laci. Dengan alasan berat, saya dan teman2 yg lain suka ninggalin buku terutama buku paket di laci. Kalo dipikir2 bener juga sih, kalo sehari ada 6 mapel dengan 6 buku paket dan LKS yang berbeda, bisa dibayangin kan betapa beratnya beban kami membawa dan memboyong pulang kembali buku itu. Dan buku2 tadi baru kita bawa pulang kalo ada tugas atau ulangan. Giliran bukunya ilang, jadi bingung deh. Nah loh, siapa suruh ninggal buku di laci :p

2. Kuaci!! waini, gara2 tadi sore makan kuaci, jadi inget masa SMA. soalnya dulu pas saya kelas 2 SMA, ini makanan hamster booming banget. Harganya 500 per bungkus, dan kalo beli kagak tanggung2 dah. Kadang langsung beli 4 bungkus. Kadang didalemnya ada kupon yang kalo digosok bisa dapet duit 500 dan akhirnya dituker sama kuaci lagi. Habis itu dimakan pas pelajaran, kulitnya dibuang dilaci. Kadang juga dimakan dikelas kalo pas istirahat, sambil ngrumpi2 gitu deh :D

3. Helm Takachi. Kalo sekarang mah boomingnya helm merk INK. tapi dulu jaman saya SMA, helm model takachi gitu heboh banget. belom dikata keren kalo belom pake helm model begituan. bahkan helm kayak gitu sampe ada yang rela nyuri segala, kalo sekarang sih, digeletakin gitu juga gak ada yang doyan. Sebenernya sebelum helm takachi, ada helm yang nggak kalah booming, yaitu helm item dop dan helm bathok

4. Mig33 & Friendster. Dari sinilah awal invasi 4L@y! dulu waktu saya kelas 2 SMA, model chatting Mig33 ini menjamur dimana2. Dari yang cuma iseng sampe yang addicted, semalaman ga tidur cuma gara2 chatting Mig33. Habis itu situs microblogging Friendster yang saya deteksi melahirkan spesies 4L@y mulai menjamur juga di kalangan anak2 SMA. Kadang sama temen sekelas aja pake ngirim testimonial segala, padahal besoknya ketemu coba. Trus Friendsternya dihias pake tulisan bling2 gitu, diisi bio galau. Baru kelas 3 akhir, muncul Facebook yang saya indikasi jadi basis terbesar spesies 4L@y. Awal munculnya FB ya gitu deh, status dgn bahasa 4L@y, galau2 ala abege, banyak2an koleksi friends. Ahh, memalukan (soalnya saya juga pernah kayak gitu sih, jadi geli sendiri pas nginget2 kalo saya juga pernah kek gitu) -____-"

5. Rok dan Celana 'Medel' alias Mlorot. Nah ini yang suka jadi musuh guru2 STP2K. Model celana dan rok yang mlorotnya kebangetan yang jadi model paling in di jaman saya. Bahkan nggak jarang saya temui temen2 cowok di kelas saya yang celananya mlorot di bawah standar minimum kemlorotan sampe boksernya keliatan *uupss!*

6. Motor Matic. Dulu matic merk yamaha emang hits banget deh. Nggak cuma cewek2 yang make, tapi cowok2 juga pada make ini matic.

7. Suka bolos upacara. Nggak tahu kenapa jaman dulu pada males kalo disuruh upacara. Perbandingannya, pas kelas 1 barisan masih full, kelas 2 agak berkurang, kelas 3 berkurang drastis. Sekarang sih jadi kangen pengen upacara lagi.

8. Bolos. Waini! kejahatan yang disebabkan karena virus males. Pas kelas 1 sih alim, masuk terus. Kelas 2 mulai bolos sekali dua kali. Kelas 3 bolos hampir tiap hari dan RAME-RAME! bahkan pernah satu kelas cuma masuk 10 orang doang! ckckckck, kelakuan kelakuan, hihihi. Tapi sensasi bolos pas SMA itu beda banget sama bolos kuliah. Menurut saya sih lebih MENANTANG bolos pas SMA

9. Sindrom 'Kakak-Adik'. Masa2 SMA emang nggak jauh dari soal asmara. Buat cewek-cewek, masa paling pas buat berburu pacar adalah pas jadi adik kelas apalagi pas kelas 1. Pas MOS adalah saat dimana kakak2 kelas yang cowok2 pada berkeliaran semacam talent search nyariin model2 berbakat, hahaha. Trus kalo cocok, dimintain nomor HP/ngajak kenalan/titip2 salam akhirnya jadian. YAng adik kelas sih seneng2 aja punya pacar kakak kelas, ibaratnya anak baru di tempat baru kudu cari guide buat mempelajari tempat barunya. Pas kelas 2 atau kelas 3, giliran cowok2 yang nyari2 adik2 kelas. Dan begitulah selanjutnya....

10. Cinlok! Nahlo! Ngaku! Siapa yang pernah cinlok sama temen sekelas (tunjuk diri sendiri, hahaha). Dipikir aja, tiap hari ketemu dari jam 7 sampe jam 2 dan itulah yang dinamakan witing tresna jalaran saka kullina, kulina ketemu! hahaha

Segini dulu aja deh, ntar kalo ada ide lagi, bakal saya edit dan saya tambahin. Selamat membaca :)

Minggu, 30 September 2012

Pantai Sembukan, Keindahan di Balik Hamparan Karang

Hei kawan blogger, udah lama nih nggak update posting di blog. Nah, update kali ini, saya bakal cerita nggak jauh-jauh dari posting sebelumnya. Saya bakal cerita soal pengalaman jalan-jalan ke Pantai Sembukan yang terletak di Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, sekitar 30-45 menit dari Pantai Nampu.

Pantai Sembukan masih satu garis pantai dengan Pantai Nampu, tapi meskipun satu garis dan menghadap selatan, pantai ini memiliki karakteristik yang jauh berbeda. Kalau Nampu memiliki pantai yang luas dan pasir yang putih, Sembukan merupakan pantai yang sempit, diapit oleh karang yang berbukit-bukit. Pantai ini berupa lautan yang menjorok ke daratan yang sempit. 

Jangan berharap bisa berenang di sini. Pertama, karena ini pantai selatan dengan ombak yang terkenal 'wild' apalagi posisi lautan yang menjorok ke daratan sempit, sehingga ombak datang kencang dan tiba-tiba, kemudian bisa menarik kembali ke laut dengan tiba-tiba juga. Kedua dan yang lebih tidak memungkinkan untuk berenang karena pantai yang sempit ini dipenuhi hamparan karang-karang kecil sejauh mata memandang sampai habisnya bukit yang mengapit pantai. Itu artinya habisnya karang ketika sudah berada di lautan lepas dengan kedalaman yang tidak memungkinan untuk berenang. Karang kalo ga hati-hati bisa nusuk kaki dan bikin terpeleset. Saran saya sih, jangan coba-coba lepas alas kaki. Jangan juga sekali-sekali bawa highheels atau sepatu2 cewek yang ribet2 itu. Amannya pake sepatu kets atau alas kaki yang nggak licin.

Tapi meskipun pantai ini isinya karang semua, tetep nggak mengurangi keindahannya. Pantai yang biru lepas ciri khas tepian laut selatan masih menyuguhkan keindahan tersendiri bagi pengunjungnya. Buat yang suka gulung2 di pasir, tetep di sini ada pasir putih yang menghampar meskipun nggak tersentuh air. Bagi yang penasaran menikmati keindahan laut selatan dari atas bukit, ada tangga untuk naik ke atas bukit. Tapi saya nggak sempet ke sana berhubung waktu yang tidak mencukupi dan stamina yang udah nggak kuat.

Oya, satu lagi yang perlu jadi perhatian kawan blogger, biasakan kalo berkunjung ke tempat wisata, terutama wisata alam, baca peraturan atau papan peringatan yang ada di lokasi tersebut. Nggak cuma baca aja sih, tapi juga ditaati, ibarat kita bertamu di tempat orang juga perlu sopan santun dan kulanuwun. Kalo berdasarkan papan yang saya baca dan cerita dari tukang parkir di sana, Pantai Sembukan sering jadi tempat ritual. Hal ini didukung dengan adanya 'punden' di lokasi pantai tersebut. Entah ritual apa, tapi kalo udah ada hubungannya dengan 'ritual' pasti juga ada beberapa larangan yang harus ditaati pengunjung. Dari papan yang saya baca, di Pantai Sembukan ini, pengunjung dilarang membawa pulang pasir pantai (apalagi kalo bawa pulangnya satu truk, hihihi). 

Well, kepanjangan ceritanya, langsung aja saya tunjukkin penampakan foto-foto saya dan kawan2 pas lagi di Pantai Sembukan. Cekidoot! :)





di antara karang-karang ada air laut bening dan bisa liat langsung ikan-ikan kecil berenang di dalamnya



Penampakan pantai secara keseluruhan. Sejauh mata memandang, karang semua










Penampakan salah satu bukit yang mengapit pantai Sembukan






Sabtu, 15 September 2012

Menikmati Pasir Putih di Pantai Nampu

Indonesia sebagai negara kepulauan tentu memiliki banyak pantai yang bisa dikunjungi. Salah satunya adalah Pantai Nampu di daerah Paranggupito, Wonogiri. Saya sendiri sudah dua kali berkunjung ke sini. Pertama adalah di tahun 2010 bersama teman2 kampus dan yang kedua di tahun awal tahun 2011. Dulunya Pantai Nampu masih sepi dan waktu pertama ke sana, pasirnya masih putih dan asli, selain itu juga sepi. Jelas sepi lah, jalannya aja sempit, berkelok-kelok, khas perbukitan karst di daerah pantai selatan. Waktu kedua kalinya ke sana, pantai masih bersih, tapi udah banyak batu-batu pecahan karang yang bertebara. Hal itu karena beberapa saat sebelum saya berkunjung, pantai-pantai di sebagian wilayah di Indonesia memang lagi banyak yang pasang dan berombak besar. Jadi kemungkinan batu itu terbawa arus pasang dan ombak.

Selanjutnya saya akan ngomongin soal waktu tempuh dan medan jalan. Trip pertama bersama temen2 kampus, saya berangkat dari Solo, memilih jalan putar melewati Kota Solo, Grogol Sukoharjo, memakan waktu sekitar 4 jam. Sedangkan bersama temen2 main, saya dari Sragen, di pertigaan Palur langsung lewat Bekonang, Sukoharjo dan saya rasa lebih cepat lewat sini. Sebenernya perjalanan dari Solo ke Wonogiri hanya sekitar 1 jam. Tapi yang jauh adalah dari Wonogiri ke pantainya. Saya kira deket2 sama Wonogiri, ternyata masih jauh banget. Dari Wonogiri ke Kecamatan Batu saja memakan waktu 2 jam, setelah itu dari Kecamatan Batu ke pantainya, menghabiskan waktu 1 jam lebih. Akses jalan, kebanyakan mulus. Tapi kalo udah masuk ke Paranggupito, jalannya kelak-kelok dan sempit, jadi mesti hati-hati banget. Ya khas jalan menuju ke Pantai selatan gitu lah. Kebetulan salah satu temen saya rumahnya di daerah Batu, jadi bisa dapet tempat rest dan makan gratis, paling cuma beli bensin aja. Irit ya? ala-ala backpacker gitu deh, hehehe.

Menjelang masuk kawasan Nampu, nanti bakal ada bapak-bapak yang narik karcis masuk, kira-kira 3000. Terus parkir cuma 2000 aja kalo motor. Kelelahan selama perjalanan ternyata terbayar juga. Pemandangan Pantai Nampu dengan pasir putih bener-bener bikin fresh! Buat kalian yang penasaran, nih pict yang saya ambil dari trip pertama sampai trip kedua:

Trip pertama sama temen-temen kampus. Rest dulu di SPBU

bareng temen-temen kampus

Trip pertama bareng temen2 kampus

Trip kedua bareng temen2 main

Mejeng dulu










Rabu, 05 September 2012

Tentang Pencitraan

Pernah denger istilah 'pencitraan'? kalo anak komunikasi atau public relations, pasti akrab banget sama istilah  ini. Pencitraan adalah usaha agar publik memandang si pelaku sesuai dengan kesan atau citra yang diinginkan oleh pelaku ini. Belakangan, pencitraan nggak hanya dilakukan oleh perusahaan utamanya sebagai salah satu peran yang dilakukan oleh Public Relations (PR) saja, tapi juga bisa dilakukan oleh individu, baik yang terikat oleh perusahaan maupun yang ingin dipandang sebagai individu itu sendiri. Di sini saya nggak akan membahas mengenai teori, tapi hanya menyampaikan sedikit opini.

Pandangan awam masih banyak menganggap bahwa pencitraan adalah tugas utama dari PR dan hanya dilakukan oleh PR saja. Padahal, pencitraan ini baiknya dilakukan oleh siapapun, terutama bagi perusahaan yang bersifat terbuka dan berhubungan langsung dengan masyarakat. Kalo menurut saya, fungsi pencitraan ini bisa ditanamkan kepada seluruh karyawan (utamanya yang berhubungan dengan customer), satpam bahkan office boy. Sekarang contohnya begini, kalau kita datang ke sebuah perusahaan untuk mengajukan proposal kegiatan, lamaran kerja, dll, pasti yang ada di barisan depan adalah satpam atau receptionist. Nah, mulai dari sini, fungsi pencitraan bisa dijalankan, misalnya mereka dikoordinasikan untuk menerima tamu dengan senyum, sapa dan ramah. Dengan pelayanan seperti ini, maka orang yang datang merasa dihargai dan secara tidak langsung juga meningkatkan citra perusahaan. Berbeda jika mereka diterima secara tidak menyenangkan, maka label 'perusahaan yang ramah pada masyarakat' akan perlahan hilang. Begitu juga dengan office boy. Fungsi pencitraan juga bisa dijalankan, mungkin ketika seseorang menanyakan letak toilet, kebetulan bertanya pada si office boy, ia bisa menjawab dengan senyum dan ramah.

Selain satpam, receptionist, dan office boy, fungsi pencitraan juga bisa dilakukan oleh karyawan yang berhubungan langsung dengan konsumen. Misalnya, teller bank, kasir, pelayan, yang melayani dengan ramah, sehingga konsumen merasa dihargai dan nyaman dengan pelayanan bank, toko, atau perusahaan tersebut. Bahkan pencitraan juga bisa dijalankan oleh sopir bus, kernet, kondektur, sopir taksi dan karyawan perusahaan transportasi lainnya. Hal ini penting karena mereka berhubungan langsung dengan penumpang. Saya bisa merasakan ini, karena hampir setiap hari saya menggunakan transportasi bus. Saya akan merasa senang bila sopir, kondektur dan kernetnya ramah, memberitahu dengan baik bila saya tidak tahu dan melemparkan guyonan ringan. Jika semua kru bus seperti ini, maka citra perusahaan bus tersebut akan baik. Orang akan memilih naik bus tersebut karena pelayanan yang ramah.

Jadi, tidak mungkin seorang PR selalu berada di dekat satpam untuk menerima tamu, atau ikut naik bus untuk menjalankan fungsi pencitraan dengan melayani penumpang dengan baik. Tugas pencitraan bukan hanya tugas PR, tapi juga harus dilakukan oleh semua karyawan, dari satpam hingga direktur sekalipun.
~CMIIW~

Selasa, 04 September 2012

A 'Souvenir' from Internship Activity

Finally, I've already finished my internship for 2 months at PT Djarum Kudus. That was a pleasure and an unforgettable moment. From that moment, I can learn about friendship, kinship, knowledge, pleasure and how to survive when i'm faraway from home. So, I will share some picture that i've captured from some activity that i've done there. And here they are :


We are guide of factory visit (Picture taken at SKT Garung)

Official Tour Guide at PB Djarum Audition


With DIO mascot

Participant of PB Djarum Audition. Oh,. how cute they are! :)


7 icons in action! (At PB Djarum Audition)

Performance from Pee Wee Gaskins

Official at Djarum Trees For Life Event

Enjoy sunset at Pantai Purwahamba Indah, Tegal




with Pia Utopia

With Pia Utopia and Ardina Rasti

With Febri Idol

with Djarum Trees For Life Teams (Pak Yunan & Pak Supohadi)


At Museum Kretek Kudus

Learn to roll cigarettes. It was difficult!





At the end of internship, we must presented all we have learned from every internship activity 

Took a picture before go back to home (with Pak Marwan)

with Pak Yunan, a kind and humble person :)

Zidane, bocah cilik yg selalu menghibur kita di kos

Essa with si cute Zidane

At the last of this post, I'll attach a note from Essa that she wrote on her Facebook to show you what we feel  :


Terima Kasih, Kudus :))


by Kireina Essa Rahayuningtyas on Monday, September 3, 2012 at 9:21pm ·

Dua bulan yang lalu saya sampai di kota yang bernama Kudus. Yah, sejenak saya memutuskan untuk menjalani hidup di kota ini. Asing, tentu saja, lingkungan baru, bertemu dengan orang-orang baru, dan semuanya serba baru. Kamar kos yng baru, dengan kamar mandi dalam, yang kemudian baru saya tahu kalau pintu kamar mandinya tidak bisa dikunci, atau perkara lampu kamar yang kerap mati dan hidup lagi tanpa alasan yang jelas. Yang pasti, saya siap menjalani semuanya.

Saya ditemani kawan-kawan yang setia. Yang selalu membangunkan saya sangat pagi. Setengah enam itu menurut saya sangat pagi, karena seumur-umur saya memang tidak pernah sholat subuh, hehehe.. Kami melalui hari-hari bersama, dengan beragam menu sukacita dan cemilan kebodohan di sana sini.

Masi lekat dalam ingatan saya bagaimana kami melalui malam dengan berkumpul bersama menikmati keripik bakso super pedas dan macaroni pedas yang rasanya seperti “gendheng” (read: pecahan genteng). Kami juga pernah berburu tahu aci hingga alun-alun, belanja di supermarket dengan harga yang setinggi langit, atau juga saat kami kurang kerjaan dan mendadak “kepo” lantas menjadikan apa yang kami temukan dari hasil ke-kepo-an kami sebagai bahan tertawaan.

Apa yang kita lalui memang sederhana, singkat, tapi akan menjadi bagian hidup yang tak terlupakan. Di hari-hari terakhir, saya mengalami hari yang cukup berat, emosi yang memuncak, kekhawatiran, dan perkara menantang hidup dan mati. Tapi kalian setia mendampingi saya, mendengarkan setiap keluhan saya, dan setia meng-update perkembangan terbaru dari apa yang sedang terjadi, dan itu amat sangat menguatkan saya menghadapi semuanya.
Terimakasih, kawan dan saudari tersayang, Achie, Nira, Angel, dan Putri. Terima kasih untuk kekonyolan kita, untuk kebodohan, dan kegalauan yang kita nikmati bersama.

Terima kasih juga untuk Ibu kos, Bapak, Mas Arief, Mas Jamal, Lukman, Awul, dan yang amat menggemaskan, si kecil Umar Zidan. Terima kasih karena sudah berkenan menerima kami sebagai anak, adik, dan saudara. Terima kasih khusus untuk Ibuk, yang sudah cukup umur tapi selalu mampu mengimbangi kekonyolan kami. Terima kasih, amat sangat terima kasih untuk perhatiannya lewat telepon setiap hari. Semoga ada waktu luang untuk kami berkunjung ke sana.

Terima kasih untuk keluarga besar PT Djarum. Untuk pembimbing kami yang amat sangat baik. Yang bersedia membagi ilmu dan pengetahuan. Pak Tewas (Teguh Waspada) untuk setiap ilmu dan diskusi. Terima kasih juga karena sudah berusaha menjodohkan kami dengan rekan magang yang jauh di sana walaupun tidak ada yang berhasil, hahaha.. Terima kasih untuk Pak Marwan Ardiansyah untuk setiap wejangan hidup, yang selalu berhasil membuat saya setidaknya mengetahui sesuatu yang out of the box. Mbak Elyta, terima kasih untuk Djarum Cherry dan Vanilla-nya, untuk voucher renang gratis yang tidak jadi kita pakai karena tepar setelah audisi PB Djarum 2012.

Terima kasih juga untuk Pak Yoppi, Pak Yunan, Pak Supahadi, Pak Joddy, Pak Krisna, Pak Karjono, Mbak Sendy, Pak Febrian Ndaru, semua pihak yang setia membantu kmi dalam banyak proses. Untuk Pak Sutarpo, Pak Chambali, Pak Lasah, Pak Yuli, Mas Ashrofi, dan alm. Pak Polisi, terima kasih sekali. Sayang kita tidak sempat berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.

Rekan-rekan magang semua, hallo dan apa kabar?? Senang sekali bisa bertemu dan berkenalan. Shinta, Reni, Lusi, Haris, Pulung, Zaki, Ali, Zamzam, Reza, Dicky, Chintya, Laura, dan rekan-rekan semua yang pernah mengenal Essa (double S) lewat factory visit, semangaaaatt yaaaakk. Semangat untuk kuliah dan proses hidup kita menuju masa depan.

Terima kasih untuk setiap keramahan jemaat GKMI Kenari. Untuk keramahan, dukungan, doa, dan kebersamaan yang walaupun singkat, tapi saya sangat terberkati. Terima kasih sudah menjadi saudara dalam Tuhan Yesus.

Kita tidak pernah tau kapan kita dipertemukan, kapan kita menikmati hidup bersama, dan kapan ruang, waktu, kesibukkan akan memisahkan kita. Tapi satu pelajaran yang berharga, hidup itu tidak semudah yang kita kira, tapi juga tidak sesulit yang kita bayangkan. Jadi hidup itu bukan untuk dikira-kira atau dibayangkan, tapi dijalani dan dinikmati. Terima kasih semua, Terima kasih Kudus :))

Senin, 03 September 2012

Oleh-Oleh dari Kudus

Magang selama 2 bulan di Kudus, nggak afdol rasanya kalo nggak nyoba kuliner khas Kudus. Kabupaten yang dijuluki Kota Kretek ini memiliki macam-macam kuliner yang khas dan beberapa di antaranya tidak ditemukan di tempat lain. Nah, kali ini saya bakal review beberapa makanan khas Kudus. Tapi karena keasyikan makan, saya ga sempet ambil foto kulinernya. Jadi beberapa foto, saya search aja di google image :)

1. Soto Kudus
Ini adalah kuliner yang saya coba ketika pertama datang ke Kudus. Soto Kudus beda dengan soto di tempat saya tinggal. Kalo di Solo dan sekitarnya, soto umumnya berkuah bening, tapi kalo Soto Kudus ini kuahnya kental dan manis (terlalu manis untuk lidah saya yang suka pedes), kalo dilihat sekilas, menurut saya, soto Kudus ini kayak Soto Lamongan (cuma bedanya Soto Lamongan pake telor rebus). Dan satu lagi, di sini jarang atau bahkan nggak saya temui soto dengan daging sapi atau olahan dari daging sapi. Ini karena tradisi turun temurun dan pesan yang disampaikan Sunan Kudus bahwa warga Kudus dilarang menyembelih sapi. Hal ini untuk menghargai pemeluk agama Hindu yang dulu menjadi mayoritas di Kudus. Sebagai gantinya, dipilihlah daging kerbau.

Soto Kudus dengan kuah kental dan rasa yang manis

2. Sate Kerbau
Nah, ini yang unik dari kuliner Kudus, Sate Kerbau! Pasti kalian mikir, gimana ya rasanya daging kerbau. Kalau dilihat dari bentuk kerbaunya, pasti kalian agak ngeri juga ya makan daging binatang yang berbadan gede dan item ini. Nah, pikiran ini yang membuat saya penasaran ingin mencoba kuliner aneh yang satu ini. Mumpung gratis, saya pilih menu sate kerbau sebagai makan malam saya. Soalnya kalo beli sendiri, mungkin bakal mahal banget. Daging kerbau kan jauh lebih mahal dari daging sapi. Potongan dagingnya besar-besar dan hitam pekat, sambel kacangnya beda kayak sambel kacang di sate ayam, pas digigit ternyata daging di dalemnya berwarna merah agak pink, beda kayak daging sapi yang warna dagingnya relatif pucat, tekstur dan serat dagingnya lebih kuat dari daging sapi. Agak aneh sih dimulut saya, tapi tetep abis dong :)

Nih penampakan Sate Kerbau (sumber gambar : www.indonesiakaya.com)

3. Lentog Tanjung
What? Lentog atau Mentog? Agak aneh denger namanya dan waktu tanya asal namanya ke penjual, si ibuk juga nggak ngerti. Lentog Tanjung ini juga khas banget dan cuma ada di Kudus. Pertama denger nama kuliner ini dari cerita satpam tempat saya magang. Eh kebetulan besoknya dapet gratisan lagi buat nyobain lentog tanjung ini (see! how lucky i am! hehehe). Lentog Tanjung ini semacam lontong opor. Tapi untuk lentog ini, lontongnya gede banget, beda kayak lontong2 penjual sate ayam. Saking gedenya, mantep banget kalo dipake buat nglempar maling (hahaha). Lentog tanjung ini pake sayur nangka muda (sayur gori/gudeg) dengan tambahan kuah sambel goreng dan tahu. Porsinya sih kecil, kalo bagi saya, cuma buat camilan aja (keliatan banget porsi makannya banyak, hahaha). Oya, di Kudus ada tempat khusus yang isinya penjual lentog semua, tepatnya di Tanjung Karang.

Lentog Tanjung

4. Tahu Telor alias Tahu Telur a.k.a Tahu Gimbal
Nah, ini makanan yang menurut saya paling juara dari sekian banyak makanan di Kudus. Selama 2 bulan di Kudus, saya aja udah nyoba 4x makanan ini. Isinya lontong, tahu yang digoreng 'gimbal' sama telor, irisan kubis, peyek udang dan sambel kacang. Rasanya mantap dan bikin nagih! Buat yang nggak kenyang kalo makan lontong, bisa diganti pake nasi. Biasanya saya beli tahu telor di Gang 3 (Gang ke3 di sepanjang jalan Ahmad Yani) karena deket dengan kosan.

Tahu Telur a.k.a Tahu Telor alias Tahu Gimbal

Itu tadi beberapa update kuliner yang pernah saya cicipi di Kudus. Kalo mau cari pusat kuliner di Kudus, biasanya di Gang 3 (Gang ke3 di sepanjang jalan Ahmad Yani) dan Taman Bujana (deket alun-alun). Satu lagi, masakan Kudus biasanya manis2, pertama ngrasain nggak cocok di lidah saya, karena saya suka pedes dan nggak suka makanan yang terlalu manis. Semoga bermanfaat :)

Rabu, 22 Agustus 2012

Face and First Impression

Don't judge book from it's cover! Kedengaran klise ya. Sering juga denger kata-kata ini, emang outlook itu nggak bisa total menentukan 'dalem'nya seseorang. Teteplah, meskipun kita nggak bisa nilai orang dari luarnya aja, tapi masih banyak orang yang percaya bahwa first impression alias impresi pertama alias kesan pertama itu ditentukan dari penampilan dan WAJAH! Baru setelah kenal dan dikupas lebih dalam, kita bisa menentukan kalo wajah dan kelakuannya cocok atau nggak.

Nggak bisa dipungkiri kalo ternyata wajah dan penampilan itu jadi penentu kesan pertama seseorang terhadap kita. Misalnya pas lagi bengong di bis nih, kalian liat mbak-mbak cantik, dengan pakaian rapi, dan barang2 branded yang nyantol di badannya pasti kalian mikir "Wuiiih, mbaknya cantik banget. Pasti banyak nih yang antri buat jadi pacarnya." atau "Wuiih, mbaknya cantik, dari dandanannya keliatan smart, dari baju branded semua, pasti orang kaya. What a perfect girl she is?!" Beda lagi kalo lihat cowok gondrong, dengan baju belel dan sandal jepit, pasti orang pada mikir sambil bergidik ngeri "Tampang preman nih" atau "Ihh, masnya copet nih pasti". Yakin deh, kalian semua, meskipun cuma dalam batin, pasti juga pernah menilai orang dari wajah dan penampilannya aja kan. Kayak contoh tadi. Padahal kalo kita deketin dan kenal lebih jauh, mungkin aja penilaian kita meleset. Tapi kalo di tempat umum dan banyak yang kita nilai, masak iya mau kita ajak kenalan mendalam satu persatu, misalnya tanya "Wah, pasti banyak yang antri buat jadi pacarnya mbak." Atau yang lebih parah tanya ke mas2 rambut gondrong tadi "Masnya copet ya?" Bisa beneran ditabok nih kalian. Jadi memang wajah dan penampilan itu menentukan kesan pertama seseorang, terutama kalo pandangan secara umum. Nggak mungkin kan ya kalo tiap orang yang ngeliat kalian trus ngajakin kenalan dan memastikan kalo penilaian mereka terhadap kalian itu benar.

Kesan pertama yang dilihat dari wajah ini juga berlaku buat kalian yang kopdar. Yang suka memanfaatkan situs jejaring sosial buat cari temen, pacar atau gebetan. Ngaku deh, pasti pernah meskipun cuma sekali (dan itu karena khilaf), kalian pernah ngelakuin kopdar macam begini. Pasti pernah juga mendadak stop SMS, BBM atau chat via jejaring sosial pas tahu kalo si lawan ini secara wajah dan penampilan jauh dari ekspetasi (model begini biasa dilakukan cewek, tapi cowok juga banyak sih, terutama bagi mereka yg merasa ganteng). Tuh kan, sekali lagi berarti face dan penampilan ini menentukan impresi.

Sebenernya, saya melawan mainstream ini, kalo wajah menentukan impresi pertama. (Mungkin karena wajah saya yang pas2an tampilan ala kadarnya dan pernah ditolak cowok gara2 wajah saya yang gini2 juga saya syukurin, jadi agak nggak terima kalo dinilai dari luarnya aja. Kalo semua orang kayak gitu, trus orang dgn tampang pas2an kayak saya kapan lakunya????!! *nangis gulung2*. Eh, kok malah curhat??) Tapi sekali lagi, pengalaman dan kejadian sehari-hari akhirnya menyadarkan saya bahwa fenomena ini bener2 umum!

Dan pada akhirnya, orang seperti saya memang harus menerima. Tapi justru hal ini malah bikin saya dan kalian yang senasib dengan saya berpikir, kalo dengan wajah pas2an dan penampilan ala kadarnya, masih ada orang yg tertarik dan mau sama kalian, berarti orang itu melihat kalian nggak dari wajah tapi dari sesuatuh yg ada dlm diri kalian. Dan sesuatuh yg ada di dalam itu lebih unik dan irreplaceable daripada yang di wajah. Karena menurut saya, kecantikan atau kegantengan itu cuma setebal kulit yg hanya beberapa milimeter membungkus wajah. Betapa tipisnya sehingga bila sesuatu menggoresnya, mungkin akan menghilangkan kecantikan dan kegantengan. Sedangkan keunikan pribadi yang terletak di dalam diri kalian itu sulit ditembus, tergores dan membuat kalian unique! berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya.  So, be grateful, guys! :)

Tips Agar Tidak Kecopetan

Saya adalah penglajo dan hampir setiap hari selama 3 tahun ini menggunakan transportasi bis untuk berangkat kuliah. Kampus saya di Solo dan rumah saya di Sragen. Perjalanan kalo naik bis sekitar 1jam dan karena saya naik bis jurusan Surabaya-Yogyakarta yang lewat 24 jam serta banyak penglajo lainnya (mahasiswa dan karyawan), bis sering penuh sesak. Bahkan saking penuhnya, dulu saya sampai berdiri cuma dengan 1 kaki. Pernah saking parahnya bis yang kapasitasnya hanya untuk 56 orang duduk, jadi mengangkut 115 orang. Bis AC pun jadi nggak kerasa ACnya saking penuhnya penumpang. Parahnya lagi, dulu waktu belum musim bis AC tarif biasa, semua bis belum ada ACnya, jadi bisa dibayangkan betapa pengapnya udara di dalam. Sebenarnya ada alternatif bis lain, tapi kalo dari segi tarif lebih mahal (nggak irit kalo untuk ukuran mahasiswa seperti saya), banyak berhentinya (mau sampai kampus jam berapa coba?) dan nggak AC. Nah, keadaan bis yang kadang penuh ini yang sering mengakibatkan banyaknya tindak kejahatan.

Gini nih kalo pas lagi full. Orang2 berdiri berjejeran macem ikan sarden di kaleng (Sumber gambar: www.herdoniwahyono.com)
Sebelum memulai tips, saya mau cerita pengalaman saya yang hampir kecopetan di dalam bis yang penuh sesak. Waktu itu ada kuliah pagi dan kebetulan pas setelah hari libur (biasanya kalo habis tanggal merah dan hari Senin, bis bakal penuh sesak dari pagi sampe sekitar jam 10, apalagi kalo habis long weekend). Bis penuh sesak banget dan saya masuk lewat pintu belakang. Saking banyaknya, bahkan sampe masih banyak penumpang lain yang mesti nunggu bis berikutnya karena nggak muat. Di dalam bis, saya belum merasakan kejanggalan. Posisi saya sandaran di kursi dan di sekeliling saya bapak2 semua (what a 'perfect' position is it?!) dan saya menggunakan tas samping (model tas cewek) di sisi kanan, sehingga posisi tas mepet di kursi. Pas setengah perjalanan, bapak2 di depan saya ngeluarin handphone dual camera dan entah camera mana yang dipakai, dia dengan handphonenya merekam suasana dgn fitur video. Agak aneh juga sih ya, dalam keadaan penuh, ini bapak sempet2nya ngrekam video. Kemudian di saat yg sama, saya merasakan bapak2 ngrogoh saku jeans saya. Pertamanya saya positif thinking, mungkin nggak sengaja, lama kelamaan risih juga ya, karena ini bapak ternyata keterusan melanjutkan aksinya. Selain itu, dia juga pura2 menjatuhkan duitnya kemudian jongkok untuk ngambil. Saya belum mikir kalo ini bapak mau nyopet. Karena saya risih dengan aksi bapak ini, kemudian dengan nada tinggi dan sedikit berteriak saya bilang "Pak, tangannya jangan macem2 ya!!!" Penumpang yang lain pun sontak ngeliat dan ada bapak2 nyeletuk "Hayo tangannya jangan macem2." Si bapak pencopet ini kemudian ngeles "Macem2 apa ya." Dengan nada emosi saya melanjutkan omelan saya hingga bapak itu kemudian mendadak minta turun.

Begini kira2 ilustrasi posisi saya saat itu (Sumber gambar: www.yupazq.blogspot.com)
ANALISA : Setelah saya cerita ke beberapa temen dan mama saya, saya baru sadar kalo ternyata mereka itu pencopet! Dan syukurlah, tidak ada satu pun barang saya yang ilang. Kalo berdasarkan analisa, copetnya nggak cuma satu. Saya rasa bapak yang bawa HP dan ngrekam pake video HP itu termasuk komplotan dari bapak2 yg merogoh saku saya. Si bapak yang bawa HP ini ceritanya mengalihkan pandangan dan konsentrasi saya, sementara bapak yang satunya beraksi mencopet. Dari pengalaman saya ini, saya dapat mengambil kesimpulan dan tips untuk menghindari tindakan pencopetan :

1. Jangan taruh barang apapun di saku
Biasanya dalam keadaan penuh, copet merogoh saku terutama saku celana. Kalaupun naruh uang, ya paling cuma beberapa ribu. Simpan dompet dan handphone dalam tempat tersembunyi

2. Buat cewek, usahakan jangan bawa tas samping
Pas kejadian pencopetan yang saya alami, saya juga pake tas model begini, padahal biasanya saya lebih suka pake ransel, karena selain lebih safety, juga lebih nyaman dan tidak berat sebelah. Kalopun harus pake, tarik tas ke depan dan lindung dengan tangan. Jangan biarkan tas bebas di samping. Lebih parahnya lagi, kadang copet pakai silet buat merobek tas. Teman saya pernah naik kereta yang penuh sesak dengan tas samping. Dia merasakan tasnya ditarik saat memasuki kereta dan pas pulang dia baru sadar kalau tasnya sobek (sobekannya rapi seperti disilet). Untung saja sobekannya pas mengenai boks tissu, jadi barang berharganya tidak keluar karena terhalang tissu.

Model tas begini nih yang biasanya jadi sasaran empuk pencopet

3. Taruh tas ransel di depan
Hal ini dimaksudkan agar kita bisa mengontrol keamanan tas kita. Biasanya saya taruh tas di depan dengan posisi tangan memeluk tas. Kalo tas ransel kalian double retsleting, tarik retsleting di posisi atas tas.

Menaruh ransel dengan posisi seperti ini malah memudahkan copet untuk melancarkan aksinya. Sebaiknya taruh ransel di depan.

4. Usahakan untuk menghindari pintu belakang bis
Biasanya, dari cerita kernet, kondektur, sopir dan tukang becak tempat saya menunggu bis, copet naik lewat pintu belakang karena kontrol dari kru bis lebih minim di bagian belakang (kondektur kan biasanya jalan narikin ongkos, sedangkan kernet dan sopir tetep stay di depan sehingga lebih terkontrol keamanannya). Dulu saya pernah naik bus dalam posisi penuh dan saya naik lewat pintu depan dan berdiri dekat sopir. Si sopir dan kernet sepakat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang lewat depan karena kata mereka di bagian belakang bis ada copet. Mungkin karena pekerjaan sehari-hari, lama2 kru bis ini hafal dengan model2 dan jenis2 copet. 

5. Pecah uang dan taruh barang berharga di tempat aman
Kalo perjalanan jauh biasanya saya pecah uang dalam beberapa tempat. Untuk ongkos naik bis, biasanya saya taruh di tempat yang mudah dijangkau. Sedangkan untuk uang2 besar, saya simpan di beberapa tempat, misal di dalam buku, di dalam plastik baju, dll. Kalo dompet saya simpan jauh di dalam tas, di antara tumpukan barang lain. Saya biasanya juga jarang mengeluarkan HP dan saya taruh di tempat yang aman. Sasaran utama pencopetan biasanya memang HP.

6. Usahakan untuk menghindari bis yang penuh
Biasanya copet beraksi di bis2 yang penuh sesak (ini kata tukang becak yang biasa mangkal di tempat saya nunggu bis). Kalo boleh milih tempat duduk, pilih di bagian depan. 

7. Waspada
Kalian harus waspada terhadap beberapa ciri-ciri orang yang mencurigakan. Dari segi pakaian, copet biasanya malah berpakaian rapi, jadi jangan nilai dari pakaian saja. Seorang tukang becak pernah melarang saya naik sebuah bis yang penuh sesak dan nunjukkin saya seorang bapak2 yang naik bis lewat pintu belakang dengan tas plastik hitam besar (tapi kosong) dan dilipat, kemudian tukang becak itu bilang kalo bapak yang barusan ditunjukkin itu adalah copet! Tas plastik itu digunakan untuk menutupi aksinya. Selain tas plastik, biasanya copet juga menggunakan jaket dan tas besar untuk menutupi aksinya. Selain itu, dalam keadaan penuh, copet tidak hanya berdiri tapi juga terkadang duduk. Jadi waspada terhadap orang di sekitar kalian.Waspada juga terhadap orang yang duduk/berdirinya mepet2 dengan anda, kalo bisa jaga jarak satu dengan yg lain. Copet biasanya juga memiliki komplotan dan tidak hanya satu orang. Biasanya satu orang ditugaskan untuk mengalihkan perhatian dengan mengajak kalian ngobrol atau melakukan hal lain yang menarik perhatian. Jadi jangan fokus pada satu pandangan, tapi sering2lah melihat sekitar terutama di tas kalian. Usahakan untuk tidak tertidur di bis. Saat menunggu bis, kalian juga harus hati-hati. Kadang copet sudah mengamati sasarannya saat menanti bis.


Nah, kawan blogger, itu tadi tips untuk menghindari pencopetan dan beberapa modus pencopetan berdasarkan pengalaman saya. Semoga bermanfaat :)