Minggu, 30 September 2012

Pantai Sembukan, Keindahan di Balik Hamparan Karang

Hei kawan blogger, udah lama nih nggak update posting di blog. Nah, update kali ini, saya bakal cerita nggak jauh-jauh dari posting sebelumnya. Saya bakal cerita soal pengalaman jalan-jalan ke Pantai Sembukan yang terletak di Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, sekitar 30-45 menit dari Pantai Nampu.

Pantai Sembukan masih satu garis pantai dengan Pantai Nampu, tapi meskipun satu garis dan menghadap selatan, pantai ini memiliki karakteristik yang jauh berbeda. Kalau Nampu memiliki pantai yang luas dan pasir yang putih, Sembukan merupakan pantai yang sempit, diapit oleh karang yang berbukit-bukit. Pantai ini berupa lautan yang menjorok ke daratan yang sempit. 

Jangan berharap bisa berenang di sini. Pertama, karena ini pantai selatan dengan ombak yang terkenal 'wild' apalagi posisi lautan yang menjorok ke daratan sempit, sehingga ombak datang kencang dan tiba-tiba, kemudian bisa menarik kembali ke laut dengan tiba-tiba juga. Kedua dan yang lebih tidak memungkinkan untuk berenang karena pantai yang sempit ini dipenuhi hamparan karang-karang kecil sejauh mata memandang sampai habisnya bukit yang mengapit pantai. Itu artinya habisnya karang ketika sudah berada di lautan lepas dengan kedalaman yang tidak memungkinan untuk berenang. Karang kalo ga hati-hati bisa nusuk kaki dan bikin terpeleset. Saran saya sih, jangan coba-coba lepas alas kaki. Jangan juga sekali-sekali bawa highheels atau sepatu2 cewek yang ribet2 itu. Amannya pake sepatu kets atau alas kaki yang nggak licin.

Tapi meskipun pantai ini isinya karang semua, tetep nggak mengurangi keindahannya. Pantai yang biru lepas ciri khas tepian laut selatan masih menyuguhkan keindahan tersendiri bagi pengunjungnya. Buat yang suka gulung2 di pasir, tetep di sini ada pasir putih yang menghampar meskipun nggak tersentuh air. Bagi yang penasaran menikmati keindahan laut selatan dari atas bukit, ada tangga untuk naik ke atas bukit. Tapi saya nggak sempet ke sana berhubung waktu yang tidak mencukupi dan stamina yang udah nggak kuat.

Oya, satu lagi yang perlu jadi perhatian kawan blogger, biasakan kalo berkunjung ke tempat wisata, terutama wisata alam, baca peraturan atau papan peringatan yang ada di lokasi tersebut. Nggak cuma baca aja sih, tapi juga ditaati, ibarat kita bertamu di tempat orang juga perlu sopan santun dan kulanuwun. Kalo berdasarkan papan yang saya baca dan cerita dari tukang parkir di sana, Pantai Sembukan sering jadi tempat ritual. Hal ini didukung dengan adanya 'punden' di lokasi pantai tersebut. Entah ritual apa, tapi kalo udah ada hubungannya dengan 'ritual' pasti juga ada beberapa larangan yang harus ditaati pengunjung. Dari papan yang saya baca, di Pantai Sembukan ini, pengunjung dilarang membawa pulang pasir pantai (apalagi kalo bawa pulangnya satu truk, hihihi). 

Well, kepanjangan ceritanya, langsung aja saya tunjukkin penampakan foto-foto saya dan kawan2 pas lagi di Pantai Sembukan. Cekidoot! :)





di antara karang-karang ada air laut bening dan bisa liat langsung ikan-ikan kecil berenang di dalamnya



Penampakan pantai secara keseluruhan. Sejauh mata memandang, karang semua










Penampakan salah satu bukit yang mengapit pantai Sembukan






Sabtu, 15 September 2012

Menikmati Pasir Putih di Pantai Nampu

Indonesia sebagai negara kepulauan tentu memiliki banyak pantai yang bisa dikunjungi. Salah satunya adalah Pantai Nampu di daerah Paranggupito, Wonogiri. Saya sendiri sudah dua kali berkunjung ke sini. Pertama adalah di tahun 2010 bersama teman2 kampus dan yang kedua di tahun awal tahun 2011. Dulunya Pantai Nampu masih sepi dan waktu pertama ke sana, pasirnya masih putih dan asli, selain itu juga sepi. Jelas sepi lah, jalannya aja sempit, berkelok-kelok, khas perbukitan karst di daerah pantai selatan. Waktu kedua kalinya ke sana, pantai masih bersih, tapi udah banyak batu-batu pecahan karang yang bertebara. Hal itu karena beberapa saat sebelum saya berkunjung, pantai-pantai di sebagian wilayah di Indonesia memang lagi banyak yang pasang dan berombak besar. Jadi kemungkinan batu itu terbawa arus pasang dan ombak.

Selanjutnya saya akan ngomongin soal waktu tempuh dan medan jalan. Trip pertama bersama temen2 kampus, saya berangkat dari Solo, memilih jalan putar melewati Kota Solo, Grogol Sukoharjo, memakan waktu sekitar 4 jam. Sedangkan bersama temen2 main, saya dari Sragen, di pertigaan Palur langsung lewat Bekonang, Sukoharjo dan saya rasa lebih cepat lewat sini. Sebenernya perjalanan dari Solo ke Wonogiri hanya sekitar 1 jam. Tapi yang jauh adalah dari Wonogiri ke pantainya. Saya kira deket2 sama Wonogiri, ternyata masih jauh banget. Dari Wonogiri ke Kecamatan Batu saja memakan waktu 2 jam, setelah itu dari Kecamatan Batu ke pantainya, menghabiskan waktu 1 jam lebih. Akses jalan, kebanyakan mulus. Tapi kalo udah masuk ke Paranggupito, jalannya kelak-kelok dan sempit, jadi mesti hati-hati banget. Ya khas jalan menuju ke Pantai selatan gitu lah. Kebetulan salah satu temen saya rumahnya di daerah Batu, jadi bisa dapet tempat rest dan makan gratis, paling cuma beli bensin aja. Irit ya? ala-ala backpacker gitu deh, hehehe.

Menjelang masuk kawasan Nampu, nanti bakal ada bapak-bapak yang narik karcis masuk, kira-kira 3000. Terus parkir cuma 2000 aja kalo motor. Kelelahan selama perjalanan ternyata terbayar juga. Pemandangan Pantai Nampu dengan pasir putih bener-bener bikin fresh! Buat kalian yang penasaran, nih pict yang saya ambil dari trip pertama sampai trip kedua:

Trip pertama sama temen-temen kampus. Rest dulu di SPBU

bareng temen-temen kampus

Trip pertama bareng temen2 kampus

Trip kedua bareng temen2 main

Mejeng dulu










Rabu, 05 September 2012

Tentang Pencitraan

Pernah denger istilah 'pencitraan'? kalo anak komunikasi atau public relations, pasti akrab banget sama istilah  ini. Pencitraan adalah usaha agar publik memandang si pelaku sesuai dengan kesan atau citra yang diinginkan oleh pelaku ini. Belakangan, pencitraan nggak hanya dilakukan oleh perusahaan utamanya sebagai salah satu peran yang dilakukan oleh Public Relations (PR) saja, tapi juga bisa dilakukan oleh individu, baik yang terikat oleh perusahaan maupun yang ingin dipandang sebagai individu itu sendiri. Di sini saya nggak akan membahas mengenai teori, tapi hanya menyampaikan sedikit opini.

Pandangan awam masih banyak menganggap bahwa pencitraan adalah tugas utama dari PR dan hanya dilakukan oleh PR saja. Padahal, pencitraan ini baiknya dilakukan oleh siapapun, terutama bagi perusahaan yang bersifat terbuka dan berhubungan langsung dengan masyarakat. Kalo menurut saya, fungsi pencitraan ini bisa ditanamkan kepada seluruh karyawan (utamanya yang berhubungan dengan customer), satpam bahkan office boy. Sekarang contohnya begini, kalau kita datang ke sebuah perusahaan untuk mengajukan proposal kegiatan, lamaran kerja, dll, pasti yang ada di barisan depan adalah satpam atau receptionist. Nah, mulai dari sini, fungsi pencitraan bisa dijalankan, misalnya mereka dikoordinasikan untuk menerima tamu dengan senyum, sapa dan ramah. Dengan pelayanan seperti ini, maka orang yang datang merasa dihargai dan secara tidak langsung juga meningkatkan citra perusahaan. Berbeda jika mereka diterima secara tidak menyenangkan, maka label 'perusahaan yang ramah pada masyarakat' akan perlahan hilang. Begitu juga dengan office boy. Fungsi pencitraan juga bisa dijalankan, mungkin ketika seseorang menanyakan letak toilet, kebetulan bertanya pada si office boy, ia bisa menjawab dengan senyum dan ramah.

Selain satpam, receptionist, dan office boy, fungsi pencitraan juga bisa dilakukan oleh karyawan yang berhubungan langsung dengan konsumen. Misalnya, teller bank, kasir, pelayan, yang melayani dengan ramah, sehingga konsumen merasa dihargai dan nyaman dengan pelayanan bank, toko, atau perusahaan tersebut. Bahkan pencitraan juga bisa dijalankan oleh sopir bus, kernet, kondektur, sopir taksi dan karyawan perusahaan transportasi lainnya. Hal ini penting karena mereka berhubungan langsung dengan penumpang. Saya bisa merasakan ini, karena hampir setiap hari saya menggunakan transportasi bus. Saya akan merasa senang bila sopir, kondektur dan kernetnya ramah, memberitahu dengan baik bila saya tidak tahu dan melemparkan guyonan ringan. Jika semua kru bus seperti ini, maka citra perusahaan bus tersebut akan baik. Orang akan memilih naik bus tersebut karena pelayanan yang ramah.

Jadi, tidak mungkin seorang PR selalu berada di dekat satpam untuk menerima tamu, atau ikut naik bus untuk menjalankan fungsi pencitraan dengan melayani penumpang dengan baik. Tugas pencitraan bukan hanya tugas PR, tapi juga harus dilakukan oleh semua karyawan, dari satpam hingga direktur sekalipun.
~CMIIW~

Selasa, 04 September 2012

A 'Souvenir' from Internship Activity

Finally, I've already finished my internship for 2 months at PT Djarum Kudus. That was a pleasure and an unforgettable moment. From that moment, I can learn about friendship, kinship, knowledge, pleasure and how to survive when i'm faraway from home. So, I will share some picture that i've captured from some activity that i've done there. And here they are :


We are guide of factory visit (Picture taken at SKT Garung)

Official Tour Guide at PB Djarum Audition


With DIO mascot

Participant of PB Djarum Audition. Oh,. how cute they are! :)


7 icons in action! (At PB Djarum Audition)

Performance from Pee Wee Gaskins

Official at Djarum Trees For Life Event

Enjoy sunset at Pantai Purwahamba Indah, Tegal




with Pia Utopia

With Pia Utopia and Ardina Rasti

With Febri Idol

with Djarum Trees For Life Teams (Pak Yunan & Pak Supohadi)


At Museum Kretek Kudus

Learn to roll cigarettes. It was difficult!





At the end of internship, we must presented all we have learned from every internship activity 

Took a picture before go back to home (with Pak Marwan)

with Pak Yunan, a kind and humble person :)

Zidane, bocah cilik yg selalu menghibur kita di kos

Essa with si cute Zidane

At the last of this post, I'll attach a note from Essa that she wrote on her Facebook to show you what we feel  :


Terima Kasih, Kudus :))


by Kireina Essa Rahayuningtyas on Monday, September 3, 2012 at 9:21pm ·

Dua bulan yang lalu saya sampai di kota yang bernama Kudus. Yah, sejenak saya memutuskan untuk menjalani hidup di kota ini. Asing, tentu saja, lingkungan baru, bertemu dengan orang-orang baru, dan semuanya serba baru. Kamar kos yng baru, dengan kamar mandi dalam, yang kemudian baru saya tahu kalau pintu kamar mandinya tidak bisa dikunci, atau perkara lampu kamar yang kerap mati dan hidup lagi tanpa alasan yang jelas. Yang pasti, saya siap menjalani semuanya.

Saya ditemani kawan-kawan yang setia. Yang selalu membangunkan saya sangat pagi. Setengah enam itu menurut saya sangat pagi, karena seumur-umur saya memang tidak pernah sholat subuh, hehehe.. Kami melalui hari-hari bersama, dengan beragam menu sukacita dan cemilan kebodohan di sana sini.

Masi lekat dalam ingatan saya bagaimana kami melalui malam dengan berkumpul bersama menikmati keripik bakso super pedas dan macaroni pedas yang rasanya seperti “gendheng” (read: pecahan genteng). Kami juga pernah berburu tahu aci hingga alun-alun, belanja di supermarket dengan harga yang setinggi langit, atau juga saat kami kurang kerjaan dan mendadak “kepo” lantas menjadikan apa yang kami temukan dari hasil ke-kepo-an kami sebagai bahan tertawaan.

Apa yang kita lalui memang sederhana, singkat, tapi akan menjadi bagian hidup yang tak terlupakan. Di hari-hari terakhir, saya mengalami hari yang cukup berat, emosi yang memuncak, kekhawatiran, dan perkara menantang hidup dan mati. Tapi kalian setia mendampingi saya, mendengarkan setiap keluhan saya, dan setia meng-update perkembangan terbaru dari apa yang sedang terjadi, dan itu amat sangat menguatkan saya menghadapi semuanya.
Terimakasih, kawan dan saudari tersayang, Achie, Nira, Angel, dan Putri. Terima kasih untuk kekonyolan kita, untuk kebodohan, dan kegalauan yang kita nikmati bersama.

Terima kasih juga untuk Ibu kos, Bapak, Mas Arief, Mas Jamal, Lukman, Awul, dan yang amat menggemaskan, si kecil Umar Zidan. Terima kasih karena sudah berkenan menerima kami sebagai anak, adik, dan saudara. Terima kasih khusus untuk Ibuk, yang sudah cukup umur tapi selalu mampu mengimbangi kekonyolan kami. Terima kasih, amat sangat terima kasih untuk perhatiannya lewat telepon setiap hari. Semoga ada waktu luang untuk kami berkunjung ke sana.

Terima kasih untuk keluarga besar PT Djarum. Untuk pembimbing kami yang amat sangat baik. Yang bersedia membagi ilmu dan pengetahuan. Pak Tewas (Teguh Waspada) untuk setiap ilmu dan diskusi. Terima kasih juga karena sudah berusaha menjodohkan kami dengan rekan magang yang jauh di sana walaupun tidak ada yang berhasil, hahaha.. Terima kasih untuk Pak Marwan Ardiansyah untuk setiap wejangan hidup, yang selalu berhasil membuat saya setidaknya mengetahui sesuatu yang out of the box. Mbak Elyta, terima kasih untuk Djarum Cherry dan Vanilla-nya, untuk voucher renang gratis yang tidak jadi kita pakai karena tepar setelah audisi PB Djarum 2012.

Terima kasih juga untuk Pak Yoppi, Pak Yunan, Pak Supahadi, Pak Joddy, Pak Krisna, Pak Karjono, Mbak Sendy, Pak Febrian Ndaru, semua pihak yang setia membantu kmi dalam banyak proses. Untuk Pak Sutarpo, Pak Chambali, Pak Lasah, Pak Yuli, Mas Ashrofi, dan alm. Pak Polisi, terima kasih sekali. Sayang kita tidak sempat berfoto bersama sebagai kenang-kenangan.

Rekan-rekan magang semua, hallo dan apa kabar?? Senang sekali bisa bertemu dan berkenalan. Shinta, Reni, Lusi, Haris, Pulung, Zaki, Ali, Zamzam, Reza, Dicky, Chintya, Laura, dan rekan-rekan semua yang pernah mengenal Essa (double S) lewat factory visit, semangaaaatt yaaaakk. Semangat untuk kuliah dan proses hidup kita menuju masa depan.

Terima kasih untuk setiap keramahan jemaat GKMI Kenari. Untuk keramahan, dukungan, doa, dan kebersamaan yang walaupun singkat, tapi saya sangat terberkati. Terima kasih sudah menjadi saudara dalam Tuhan Yesus.

Kita tidak pernah tau kapan kita dipertemukan, kapan kita menikmati hidup bersama, dan kapan ruang, waktu, kesibukkan akan memisahkan kita. Tapi satu pelajaran yang berharga, hidup itu tidak semudah yang kita kira, tapi juga tidak sesulit yang kita bayangkan. Jadi hidup itu bukan untuk dikira-kira atau dibayangkan, tapi dijalani dan dinikmati. Terima kasih semua, Terima kasih Kudus :))

Senin, 03 September 2012

Oleh-Oleh dari Kudus

Magang selama 2 bulan di Kudus, nggak afdol rasanya kalo nggak nyoba kuliner khas Kudus. Kabupaten yang dijuluki Kota Kretek ini memiliki macam-macam kuliner yang khas dan beberapa di antaranya tidak ditemukan di tempat lain. Nah, kali ini saya bakal review beberapa makanan khas Kudus. Tapi karena keasyikan makan, saya ga sempet ambil foto kulinernya. Jadi beberapa foto, saya search aja di google image :)

1. Soto Kudus
Ini adalah kuliner yang saya coba ketika pertama datang ke Kudus. Soto Kudus beda dengan soto di tempat saya tinggal. Kalo di Solo dan sekitarnya, soto umumnya berkuah bening, tapi kalo Soto Kudus ini kuahnya kental dan manis (terlalu manis untuk lidah saya yang suka pedes), kalo dilihat sekilas, menurut saya, soto Kudus ini kayak Soto Lamongan (cuma bedanya Soto Lamongan pake telor rebus). Dan satu lagi, di sini jarang atau bahkan nggak saya temui soto dengan daging sapi atau olahan dari daging sapi. Ini karena tradisi turun temurun dan pesan yang disampaikan Sunan Kudus bahwa warga Kudus dilarang menyembelih sapi. Hal ini untuk menghargai pemeluk agama Hindu yang dulu menjadi mayoritas di Kudus. Sebagai gantinya, dipilihlah daging kerbau.

Soto Kudus dengan kuah kental dan rasa yang manis

2. Sate Kerbau
Nah, ini yang unik dari kuliner Kudus, Sate Kerbau! Pasti kalian mikir, gimana ya rasanya daging kerbau. Kalau dilihat dari bentuk kerbaunya, pasti kalian agak ngeri juga ya makan daging binatang yang berbadan gede dan item ini. Nah, pikiran ini yang membuat saya penasaran ingin mencoba kuliner aneh yang satu ini. Mumpung gratis, saya pilih menu sate kerbau sebagai makan malam saya. Soalnya kalo beli sendiri, mungkin bakal mahal banget. Daging kerbau kan jauh lebih mahal dari daging sapi. Potongan dagingnya besar-besar dan hitam pekat, sambel kacangnya beda kayak sambel kacang di sate ayam, pas digigit ternyata daging di dalemnya berwarna merah agak pink, beda kayak daging sapi yang warna dagingnya relatif pucat, tekstur dan serat dagingnya lebih kuat dari daging sapi. Agak aneh sih dimulut saya, tapi tetep abis dong :)

Nih penampakan Sate Kerbau (sumber gambar : www.indonesiakaya.com)

3. Lentog Tanjung
What? Lentog atau Mentog? Agak aneh denger namanya dan waktu tanya asal namanya ke penjual, si ibuk juga nggak ngerti. Lentog Tanjung ini juga khas banget dan cuma ada di Kudus. Pertama denger nama kuliner ini dari cerita satpam tempat saya magang. Eh kebetulan besoknya dapet gratisan lagi buat nyobain lentog tanjung ini (see! how lucky i am! hehehe). Lentog Tanjung ini semacam lontong opor. Tapi untuk lentog ini, lontongnya gede banget, beda kayak lontong2 penjual sate ayam. Saking gedenya, mantep banget kalo dipake buat nglempar maling (hahaha). Lentog tanjung ini pake sayur nangka muda (sayur gori/gudeg) dengan tambahan kuah sambel goreng dan tahu. Porsinya sih kecil, kalo bagi saya, cuma buat camilan aja (keliatan banget porsi makannya banyak, hahaha). Oya, di Kudus ada tempat khusus yang isinya penjual lentog semua, tepatnya di Tanjung Karang.

Lentog Tanjung

4. Tahu Telor alias Tahu Telur a.k.a Tahu Gimbal
Nah, ini makanan yang menurut saya paling juara dari sekian banyak makanan di Kudus. Selama 2 bulan di Kudus, saya aja udah nyoba 4x makanan ini. Isinya lontong, tahu yang digoreng 'gimbal' sama telor, irisan kubis, peyek udang dan sambel kacang. Rasanya mantap dan bikin nagih! Buat yang nggak kenyang kalo makan lontong, bisa diganti pake nasi. Biasanya saya beli tahu telor di Gang 3 (Gang ke3 di sepanjang jalan Ahmad Yani) karena deket dengan kosan.

Tahu Telur a.k.a Tahu Telor alias Tahu Gimbal

Itu tadi beberapa update kuliner yang pernah saya cicipi di Kudus. Kalo mau cari pusat kuliner di Kudus, biasanya di Gang 3 (Gang ke3 di sepanjang jalan Ahmad Yani) dan Taman Bujana (deket alun-alun). Satu lagi, masakan Kudus biasanya manis2, pertama ngrasain nggak cocok di lidah saya, karena saya suka pedes dan nggak suka makanan yang terlalu manis. Semoga bermanfaat :)