Rabu, 30 Oktober 2013

To Love 'Them' More

Kirana dan Jonas. Mungkin nama mereka berdua patut disejajarkan dengan drama romantika antara Rama dan Shinta atau Romeo dan Juliet atau pasangan serasi tak terpisahkan dalam film romantis yang membuat penontonnya berkata "Aih, betapa manisnya mereka berdua."

Kirana itu handphone dan Jonas adalah baterainya. Kirana tak akan bisa hidup tanpa Jonas dan Jonas akan tergeletak tak berguna tanpa Kirana. Jonas itu motor dan Kirana adalah kuncinya. Jonas tak kan sanggup berjalan jika tak ada Kirana dan Kirana akan menjadi seonggok benda tak berguna jika Jonas tak ada. Itulah pengibaratan yang selalu teman-teman mereka celetukkan.

Ya, teman-teman dekat mereka bahkan yakin, percaya 1000% jika kisah cinta Kirana dan Jonas akan berakhir indah seperti kisah-kisah dongeng antara puteri dan pangeran yang hidup bahagia selamanya.

Cinta Jonas hanya untuk Kirana, dan tidak jauh beda dengan Kirana. Setidaknya, itu yang tersirat dari mata mereka ketika saling pandang, dari setiap detik kebersamaan mereka, dari pelukan hangat tiap mereka berjumpa dan pengorbanan serta perjalanan yang telah mereka lalui bersama.

Mungkin jika dikupas, tak ada bagian dari sudut kampus atau sudut kota ini yang luput merekam kebersamaan mereka. Tiap sudut memiliki kenangan, tiap ruang menyimpan rekaman, tiap lorong mempunyai catatan kebersamaan Kirana dan Jonas.

Apa yang mereka yakini, apa yang mereka ingini dan apa yang mereka bicarakan sudah sejauh pandang mata kita ketika melihat bintang di langit. Merenda masa depan, membicarakan pesta pernikahan, rumah, anak, dan impian masa depan mereka. Tanpa mereka berpikir bahwa Tuhan sudah punya rencana lain bagi mereka.

Saat itu adalah akhir musim penghujan yang hanya singgah sebentar, tak lebih lama dari jangka waktu yang diprediksikan. Dan sama seperti musim yang hampir berganti, seperti musim penghujan kini sampai pada ujungnya, begitulah kisah Kirana dan Jonas. Mereka berdua tiba pada ujung yang tak pernah mereka duga sebelumnya, bahkan tak pernah mereka pikirkan akan terjadi. Ujung yang membuat mereka merasakan sakit yang luar biasa, jauh lebih sakit dari sakit yang pernah mereka rasakan dari pengalaman sebelumnya.

Kirana sendiri tak pernah berpikir bahwa ia akan dipertemukan pria lain selain Jonas. Ia tidak ingin pria lain, yang ia mau hanya Jonas. Tapi pria bernama Ridwan itu datang dengan cara ajaib dan tak terduga. Ia datang bak ksatria berbaju zirah dengan kuda putih yang sama kekarnya dengan sang pengendara, menawarkan sekantung harapan, tidak hanya untuk Kirana, tapi juga orangtuanya.

Dan orangtua mana yang tak ingin melihat putri satu-satunya bahagia dengan harapan dan kemapanan yang ditawarkan Ridwan. Dengan keseriusan yang ia tunjukkan, orangtua Kirana tak berat hati melepas putrinya. Tapi Kirana berontak. Tak ada pria yang lebih dia inginkan selain Jonas. Harta, kemapanan dan harapan yang Ridwan punya tak kan sanggup menggantikan Jonas dari hatinya.

Sampai suatu saat ibunya berkata, "Nak, mama nggak pernah minta apapun sama kamu. Tapi sekali ini saja, turutin apa kata mama."


Dan tak pernah sekalipun ia melihat ibunya memohon seperti itu. Yang ia tahu, ibunya adalah sosok kuat dan mandiri, yang juga terwaris padanya, tak pernah memohon seperti itu. Ada seberkas kehangatan yang melunakkan hati bekunya. Kirana mulai mengerti. Bahwa ada cinta lain yang harus ia pertahankan, cinta yang ada sejak ia dilahirkan ke dunia, cinta yang mengiringinya sejak ia diciptakan, bahkan saat masih jauh dalam kandungan berumur belum satu bulan. Cintanya pada mama, cintanya pada kedua orangtuanya. Tak ada yang lebih berharga bagi Kirana selain melihat kedua orangtuanya bahagia dan membalas cinta mereka. Satu hal yang Kirana pikir tak pernah ia lakukan dari saat ia terlahir di dunia, hingga saat ia dewasa. Mungkin ini saatnya ia membalas suatu bentuk perasaan tulus yang dicurahkan orangtuanya sepanjang hidupnya, pikir Kirana. 

Pada akhirnya, kisah cinta romantis ala cerita dongeng serta drama romantika antara Kirana dan Jonas berakhir dengan perpisahan antara dua tokoh utama yang diramalkan dapat hidup bersama. Meski mereka sadar, api cinta dalam hati mereka masih belum padam, mereka biarkan menyala, sampai suatu saat, jika Tuhan berkehendak lain, mereka dipertemukan dengan nyala api yang masih sama dalam hati mereka. Atau mereka biarkan padam dengan sendirinya, jika memang takdirnya mereka tak bisa bersama.

"Jadi kamu lebih memilih menyakiti hatimu sendiri buat pilihan beliau daripada pilihanmu sendiri?"
"Kalau itu bisa buat mereka bahagia, aku rela."
"Termasuk mengorbankan perasaan kamu? Hatimu? Pilihanmu?"
"Termasuk jiwaku, jika perlu."
"Aku nggak ngerti sama jalan pikiranmu."
"Dan aku juga masih nggak ngerti kenapa Tuhan melakukan hal ini sama aku. Aku cuma percaya bahwa Tuhan adalah sutradara yang luar biasa. Dia yang bikin 'film' hidupku ini jadi film terbaik dan tiketnya terjual habis di bioskop..."

* * *

**Based on my friend true story

Tidak ada komentar:

Posting Komentar