Sabtu, 01 Februari 2014

Jobseeker's Journey (2)

Welcome to Jakarta...

Akhirnya kereta Senja Utama membawa saya ke Jakarta. Rabu dini hari, saya tiba di Stasiun Pasar Senen. Ini adalah kali pertama setelah (entah) berapa puluh tahun nggak menginjakkan kaki di tanah ibukota. Terakhir saya ke Jakarta adalah ketika saya masih SD (duuh, udah lama banget kan). Di Jakarta, saya tinggal di rumah tante saya di daerah Jakarta Barat. Lumayan lah, akses kemana-mana nggak begitu jauh dan mudah.

Esoknya, saya berangkat pagi untuk mengikuti tes di LPDB-KUMKM di daerah Gatot Subroto. Bener-bener berangkat pagi, takutnya terjebak macet. Di sana udah banyak peserta yang datang. Sekitar 800-an orang dan ada 30-an orang di formasi yang saya lamar yaitu Pengendali Piutang. Agak ciut juga nyali saya karena pesertanya adalah orang-orang berpengalaman. Rata-rata mereka udah bekerja selama beberapa tahun di bank, sementara saya fresh graduate dari jurusan yang sama sekali nggak ada sangkut pautnya sama koperasi.

Sebelum test, ada pengarahan dari panitia, katanya sih kami 800an orang ini termasuk yang beruntung, karena ada 5000 pelamar online lainnya yang tidak mendapatkan kesempatan untuk mengikuti test awal ini. Oh, banyak juga ternyata. Dan tau nggak mereka cuma butuh berapa orang? cuma 58 orang! Duh, udah makin hopeless aja nih saya. Test dilaksanakan selama 2jam berupa materi umum mengenai koperasi dan perbankan, serta beberapa soal logika, hitungan, verbal dan bahasa Inggris. Saya bener-bener blank mengenai perbankan karena background kuliah saya jauh dari dunia keuangan ini. Akhirnya saya kerjakan dengan metode pengawuran.

Sebenernya, setelah tes hari Kamis, saya berencana langsung pulang kampung keesokan harinya. Tapi lepas saya tes, baru juga turun dari busway, ada telepon dari nomer asing dengan kode Jakarta. Saya pikir dari panitia tes tadi, mungkin saya kelupaan mencantumkan identitas atau apa. Setelah saya terima, ternyata perkiraan saya salah. Telepon tersebut adalah panggilan tes BDP (Broadcast Development Program) di MNC TV yang mengundang saya untuk mengikuti psikotest hari Senin. Saya senang sekali karena saya tidak mengira bakal dipanggil, soalnya saya apply lamaran lewat situs lowongan kerja Jobstreet. Saya kira kalo lamaran via situs seperti itu, nggak bakal digubris. Selain itu, bekerja di media televisi emang udah jadi keinginan saya. Bekerja di media juga sesuai dengan basic pendidikan saya. Akhirnya, saya menunda kepulangan saya dan mengikuti tes tersebut.

Pagi itu, sebelum mengikuti psikotest BDP MNC TV, saya mengikuti tes lainnya terlebih dahulu, yaitu tes kesabaran dan uji kepanikan! Hari itu hari Senin yang menurut saya adalah hari terhectic di kota yang hectic. Saya berencana naik busway tapi ternyata halte udah penuh sesak dan busway tak kunjung lewat. Padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul 7. Akhirnya saya dan tante saya (yang juga ikut mengantar saya tes) memutuskan untuk menumpang taksi, padahal jarak sangat jauh. Bayangin aja, dari Barat ke Timur, dari Jakarta Barat ke MNC TV di daerah Pondok Gede, Jakarta Timur. Untungnya jalan masih lumayan sepi dan belum begitu macet. Tapi rupanya taksi yang kami tumpangi adalah taksi nakal dengan tarif kuda. Entah berapa duit yang harus tante saya keluarkan untuk membayarnya tapi yang pasti, I owe her for that. Thankyou, Auntie :')

Sempet panik karena takut telat, tapi ternyata test molor dilaksanakan dan dimulai pukul 09.00. Ada sekitar 25an orang yang mengikuti tes. Saya sempet mikir, kok dikit banget. Apa emang udah diseleksi atau masih ada kloter lain di hari berikutnya. Entahlah. 

Tes dilaksanakan di studio yang dinginnya, maaaakkk! macem di kutub (kayak udah pernah ngrasain dinginnya kutub aja, hahahaa). Dan parahnya, ini AC di studio nggak bisa dikecilin. Mana saya pakai kemeja lengan pendek. Fortunately, saya dikasih pinjam jaket sama mbak Anisa, HRD yang mengawasi jalannya psikotest ini. Tapi tetep aja, jari-jari tangan saya kaku saking dinginnya. Mana ada tes Paulin (itu tuh, tes hitung yang angkanya berderet dari atas ke bawah, kiri ke kanan dan lebar kertasnya macem koran). Udah kedinginan, harus ngerjain soal hitung segitu banyaknya dan itu merupakan pengalaman pertama saya mengerjakan tes Paulin. Saya jadi makin hopeless ketika ada soal, macem wawancara tertulis dengan bahasa Inggris, ditanyain beberapa hal soal MNC TV dan jawaban saya banyak yang ngaco -___-"

Ada banyak rangkaian test hari itu, pertama dari jam 09.00-12.00, kemudian istirahat siang selama kurang lebih sejam. Kemudian berlanjut dari jam 13.00-15.00, untungnya udah nggak di studio lagi tapi di ruangan yang suhunya lebih nyaman daripada yang tadi.

Setelah test, saya mendapat panggilan test via SMS dari ECC UGM, bahwa saya diundang untuk mengikuti psikotest Wardah Cosmetics yang dilaksanakan besok, hari Selasa di Graha ECC UGM Yogyakarta. Saya pun mengabaikan panggilan tersebut karena keterbatasan waktu dan tenaga untuk mengejarnya.

Saya melewati hari di Jakarta dengan perasaan harap-harap cemas. Saya sih berharap dapat panggilan untuk mengikuti test selanjutnya dari BDP MNC TV atau LPDB-KUMKM, tapi apa daya, beberapa hari kemudian saya dapat kabar buruk bahwa saya tidak lolos test di LPDB-KUMKM dan belum juga ada kabar dari MNC TV. Selain itu, orangtua juga meminta saya untuk segera pulang karena ternyata saya lolos tes di BPJS-Kesehatan dan ada undangan untuk mengikuti test tahap selanjutnya di Semarang minggu itu juga. I have no reason to stay any longer here. Meskipun sebenernya saya pengen lebih lama tinggal di Jakarta. Saya sebenernya juga tidak menyangka bisa lolos tes di BPJS, karena melihat banyaknya jumlah peserta di tes awal dan cara mengerjakan saya yang serba ngawur.

Akhirnya, hari Kamis, saya memutuskan untuk pulang dengan naik bus. Pengennya sih naik kereta, tapi tiket udah pada habis. Maklum, saat itu bebarengan dengan libur anak sekolah. Saya pulang dengan sangat sedih, karena saya sendiri sih pengennya tinggal di Jakarta lebih lama, syukur-syukur bisa kerja di sana, apalagi kalo kerjanya di TV. Tapi kadang apa yang kita inginkan memang tidak harus kita dapatkan. Saya percaya bahwa Tuhan memberikan sesuatu sesuai dengan apa yang saya butuhkan, bukan apa yang saya inginkan...

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar