Rabu, 17 September 2014

Life is About ACCEPTING

Someday you'll realize that there's no other choice besides accepting what you can't change...

Pernah pengen banget potong rambut? Entah karena ngerasa rambut udah kepanjangan, model rambut yang udah oldish, ngikutin trend rambut yang baru, pengen keliatan fresh atau karena depresi selepas putus cinta?! Maka, entah dengan alasan apapun pokoknya kita pengen ke salon atau tukang cukur. Dengan segenap motivasi tadi, pergilah kita ke tukang potong rambut atau ke salon. Kita sampaikan apa yang kita inginkan atau biar lebih gamblangnya kita tunjukkan gambar dari model rambut impian. Kemudian tangan-tangan tukang cukur menari dengan indah, mengadu gunting dan sisir di antara helai rambut, kemudian voila! Jadilah kita dengan tampilan rambut baru. Sesaat kita lihat pantulan diri di kaca. Ya kalo beruntung, kita akan mendapat hasil yang bagus. But mostly, kita lebih merasa menyesal telah merelakan beberapa senti rambut kita demi model baru yang nampaknya kurang worth it untuk kita (setidaknya itu yang saya rasakan tiap kali potong rambut). Mendadak kita merasa jelek hanya karena poni yang kependekan atau potongan rambut yang kurang sesuai. Perasaan ini makin aneh ketika orang-orang dengan santainya melemparkan kritik secara langsung terhadap tampilan baru kita. Jadilah kita yang tadinya niat potong rambut biar keliatan fresh atau buang sial atau melepas depresi, jadi malah sial kuadrat atau depresi kuadrat. Kita sibuk menyembunyikan potongan rambut, entah dikucir atau disembunyikan di balik topi. Jadi super duper nyesel pernah potong rambut!
 
Tapi pernah juga nggak, kamu ngerasa beberapa bulan setelah potong rambut, ketika rambutmu sedikit demi sedikit mulai panjang, kamu mulai menemukan pola potongan yang kamu inginkan, Poni yang tadinya kependekan jadi lebih pantas menghiasi dahi, rambut yang tadinya pendek dan tak beraturan mulai memanjang dan menemukan alurnya. Kalo saya sih sering ngrasa gitu. Bulan awal setelah potong rambut adalah saat paling berat untuk menyesuaikan diri dengan komen-komen orang di luar sana, momen penyesalan mendalam atas keputusan untuk potong rambut. Tapi beberapa bulan kemudian, saya mulai menemukan bahwa saya mulai nyaman dengan potongan ini. Kadang malah potongan rambut yang awalnya saya anggap gagal, mulai terasa sesuai dengan model yang awalnya saya inginkan. Kemudian saya bilang, nah ini yang saya mau!

Dan saya rasa seperti itulah hidup. Kadang perubahan baru dalam diri kita, yang kadang kita sendiri yang menginginkannya (seperti potong rambut) malah membuat kita menyesal, membuat kita depresi dan membuat kita kesulitan untuk menyesuaikannya. Tapi hidup adalah soal bagaimana kamu mau menerima dan beradaptasi dengan semesta, dengan apa yang ada di sekitar kita, lengkap dengan ke-kompleks-an masalah yang ada di dalamnya. Mungkin awalnya kita akan sulit menerima, apalagi kalo perubahan itu karena kita sendiri yang menginginkannya. Udah sulit adaptasi ditambah penyesalan yang luar biasa. Tapi suatu saat, seiring berjalannya waktu, ketika kita sudah mulai terbiasa dan menerima, kita akan sadar bahwa perubahan yang kita alami akan membawa kita pada hidup yang lebih baik dan tujuan yang kita inginkan. Kadang mencapai keinginan tak semudah dan seinstan potong rambut sesuai model yang kita mau - pergi ke salon - dipotong - kemudian jadilah kita dengan potongan rambut baru sesuai yang kita idamkan. Kadang kita harus melalui masa sulit dulu, masa penyesuaian dan penyesalan akibat keputusan potong rambut yang justru malah memperburuk penampilan kita. Sampai suatu saat, kita akan tiba pada titik dimana kita mulai menemukan bahwa kegagalan tadi akan perlahan berubah dan membawa kita pada tujuan yang kita inginkan. 

Intinya, semua adalah soal waktu. Soal bagaimana kita mau menerima perubahan, mengikuti pola yang telah diciptakan oleh waktu, menyesuaikan, sampai pada saat dimana kita mulai terbiasa dan perlahan menerima keadaan. Ya, karena salah satu cara menikmati hidup adalah dengan membiasakan diri mengikuti alurnya dan menerima apa yang telah disediakan semesta, termasuk masalah kompleksnya. Karena kalo kita nggak bisa mengubah jalan yang sudah diciptakan, tak ada hal lain yang bisa kita lakukan selain belajar beradaptasi dan menerimanya :)

1 komentar: