Rabu, 25 Februari 2015

Hold On for Something Better

Kadang kita sering bilang, "saya ingin mencari tempat atau sesuatu yang lebih baik. Karena apa yang saya jalani sekarang terasa berat dan menyulitkan." Lalu, bagaimana kita bisa mendapatkan yang terbaik kalo baru dikasih cobaan segini aja udah nyerah?  Yang terbaik tidak akan datang kalo kita belum menyelesaikan ujian yang sekarang. Dan Tuhan akan memberikan sesuatu atau tempat yang lebih baik, apabila Ia memandang sudah selesai waktu kita di tempat ini, sudah cukup ujian kita di sini. Intinya, yang terbaik akan datang jika kita terus berusaha. Mungkin, jika berusaha menjadi lebih baik itu sulit, setidaknya berusahalah bertahan dengan tempat atau sesuatu yang ada sekarang, hingga Tuhan berkata sudah saatnya kita beralih ke suatu tempat yang lebih baik. So, keep holdin' on! God always be with us!

Kamis, 19 Februari 2015

Lupa Berkaca!

Kadang kita lupa berkaca
Atau memang tak punya kaca
Atau sengaja menyembunyikannya
Ketika kita jatuh cinta

Kadang mati logika kita
Atau lupa punya logika
Karena kekaguman pada sosok yang kita cinta

***

Ya, kadang kita lupa berkaca ketika sedang jatuh cinta. Kita lupa siapa diri kita, kita lupa berkaca seperti apa diri kita dan lupa merefleksikan diri, apakah kita layak dan pantas untuknya. Kadang melambung harapan kita, tinggi tak menjejak daratan, dengan balon-balon harapan yang membawa kita terbang. Harapan yang muncul karena, ya tadi, kita lupa berkaca. Pura-pura lupa pada diri kita sendiri, lupa mengukur kemampuan diri sendiri, sejauh mana hal yang kita punya ini sanggup meraih sosok yang kita harapkan. Tidak, maksud saya berkaca di sini bukan hanya soal fisik semata atau perkara apa yang kita punya. Tapi juga diri kita seutuhnya, termasuk kebaikan dan keburukan yang ada di dalamnya, yang awalnya tak terungkap namun lama kelamaan akan tertangkap..

Kadang kita mendadak amnesia, bahwa karakter kita yang seperti ini tidak cocok untuk dia yang seperti itu. Atau tentang kisah Cinderella yang tidak akan menjadi sesuatu yang nyata, kita lupa apa yang ia miliki jauh di atas kita, dia lebih layak untuk mendapatkan yang terbaik. Karena kita tidak cukup baik untuknya. Apa yang kita punya tak sanggup mengimbangi apa yang ia miliki. Ya meskipun kita tahu, kadang cinta tidak mengenal kelas dan kasta, apa yang kau punya dan apa yang ku punya, atau seperti apa wujud dan rupa, seberapa jauh beda usia serta seburuk apa sikap dan sifatnya.

Pada intinya, untuk bisa menerima kegagalan sebuah hubungan, untuk bisa memahami kenapa orang yang kita cinta tidak membalas perasaan kita, salah satunya adalah dengan berkaca. Pantaskah kita untuknya? layakkah kita bersanding dengan dia? Sebandingkah kebaikannya dengan apa yang kita punya? Dengan begitu kita akan merelakannya pergi mencari yang terbaik untuknya, yang layak dan pantas bersamanya. Dan sebaiknya kita berkaca, mematut diri, merias diri merapikan apa yang kita miliki, untuk menerima berkah yang baik dan sebanding dengan apa yang ada dalam diri kita. Semoga!.

***

Selasa, 17 Februari 2015

Don't Hate Too Much, Don't Hope Too Much

Kejadian belakangan menyadarkan saya bahwa orang yang selalu kita pandang buruk, mereka yang kita anggap jahat, mereka yang diam-diam dalam pikiran kita, selalu kita anggap mencelakai kita, ternyata bisa berbalik begitu baik pada kita, membantu kita dengan sukarela tanpa kita minta dan menolong kita. Sungguh berbeda dengan gambaran negatif yang ada di benak kita.

Namun sebaliknya, orang yang kita anggap baik, yang selalu berbuat manis, yang seolah2 selalu ada ketika kita membutuhkan, bisa berubah menjadi orang yang mengecewakan, yang entah sengaja atau tidak, menyakiti hati kita, melukai perasaam kita.Yang dekat dengan kita, yang selalu kita suka, kita puja dan kita harapkan adalah orang yang berpotensi besar menancapkan luka dalam bagi kita. Sedikit saja sikap mereka mengecewakan kita, rasa sedih karena kehancuran harapan kita akan sangat terasa. Berbeda ketika orang yang begitu kita benci, kita pandang negatif, justru adalah orang yang pertama menolong kita ketika kita jatuh. Kita akan merasa malu pada diri kita sendiri, karena jauh dalam hati dan pikiran, kita pernah berpikiran buruk terhadapnya. Intinya, benci itu wajar, suka itu biasa. Kalau benci sekedarnya saja, kalau memuja seperlunya saja. Don't hate too much, don't hope too much, because that 'much' will hurt you so much...

Rabu, 04 Februari 2015

About Faith When You Decide to Fall

Saya bermimpi berdiri di tepi ngarai
Gemericik air sungai ratusan meter di bawah sana menggapai-gapai
Semilir angin lantas membelai

Saya melongok ke bawah
Di atas ngarai menjejak tanah
Apa jadinya jika saya jatuh?
Lalu saya rasakan tanah saya berpijak mulai runtuh      
Sesaat kemudian, sayup terdengar suara riuh          
Di bawah ngarai, saya melihat seorang menengadahkan tangan, siap menangkap saya yang hampir jatuh
Dia bilang, percayalah! Aku akan menangkapmu. Tak kan ku biarkan kau jatuh!
Tak ada waktu berpikir, saya pejamkan mata dan biarkan tubuh lunglai ini luluh bersama retakan tanah
Lepas bebas, luruh hanyut, desir jantung dan irama nafas
esaat menjelang gravitasi mutlak
mengempas saya ke dalam riak air sungai, sosok itu hilang bersama detak jantung yg mendadak berhenti, nafas saya tercekat sejenak sebelum terempas
Hanyut, hilang, lepas tapi tak bebas
Gelap...
Gelap yang menelan saya kembali ke atas
Kembali ke ngarai yang sama
Dengan setting dan suasana yang tak jauh beda
Hanya saja sosok yang berteriak dari bawah lah yang tak lagi sama
Namun tetap, ia meminta saya untuk terjun, jatuh dan mempercayakan tubuh saya padanya untuk direngkuh di bawah nantinya
Tapi semua tetaplah sama, tubuh saya menghempas riak air sungai, lalu masuk ke lorong gelap bawah sadar saya
Dan kembali pada setting yang sama
Begitu seterusnya
Hingga saya lelah jatuh
Saya lelah percaya
Pada apapun di bawah sana
Dan pada siapapun yang meminta saya untuk percaya dan menjatuhkan diri padanya
Saya tidak percaya bahwa kepercayaan bisa dipermainkan sedemikian rupa
Apakah saya yang terlalu mudah menaruh percaya? Atau mereka yang hanya ingin bermain-main dengan saya?
Entahlah, mungkin saya saja yang belum menemukan sosok yang bisa saya percaya
Yang bisa menepati janjinya
Dan siap menangkap saya ketika saya menjatuhkan rasa percaya saya padanya...