Rabu, 13 Februari 2013

World Radio Day : Radio Dulu dan Sekarang

Hari ini tanggal 13 Februari 2013, bertepatan dengan Hari Radio Sedunia atau World Radio Day. Ya! Media yang dulu begitu menjadi primadona sebelum adanya invasi kotak bergambar dan bersuara a.k.a televisi. Namun belakangan ini, radio mulai ditinggalkan oleh masyarakat.


Dulu di masa kejayaannya, hampir semua rumah memiliki radio. Namun kini, tidak semua rumah memiliki radio karena mereka sudah jarang mendengarkannya. Kini mereka lebih beralih pada televisi karena selain mendengarkan suara, mereka juga bisa melihat visual atau gambar yang tersaji. Selain televisi, adanya pemutar musik mp3 seperti iPod, alat pemutar musik di HP, laptop dll turut menggusur keberadaan radio. Orang lebih memilih mendengarkan lagu2 kesayangannya melalui pemutar musik dengan alasan bisa memilih lagu2 kesayangan dan memutarnya kapanpun dan dimanapun. Apalagi dengan kemudahan download lagu secara gratis berbekal koneksi internet atau meng-copy file musik.


Dulu, pendengar yang ingin request lagu hanya bisa melalui telepon (ketika itu hanya ada telepon rumah) atau membeli request card (kartu berisi nama pengirim, salam dan request lagu) di radio dan kemudian mengembalikannya. Cara berkirim melalui request card ini lebih unik menurut saya karena pendengar bisa datang ke studio untuk membeli kartu request, bertemu dan akrab dengan penyiar. Menurut penuturan penyiar lama di radio saya, dulu kartu request sangat laris, terakhir dijual seharga 250 rupiah. Sekarang, pendengar dimudahkan karena bisa request melalui telepon/sms/facebook/twitter/bbm/YM. mereka tidak perlu repot2  datang ke studio untuk membeli atau mengirimkan request card.

Contoh kartu request radio jaman baheula
Sekarang siapa sih yang tidak punya facebook? penyiar punya, apalagi para pendengarnya, sehingga pendengar bisa nge-add penyiar kesayangan melalui facebook/twitter/social media lainnya. adanya foto di jejaring sosial dan fitur interaksi di jejaring sosial tesebut membuat pendengar tidak lagi penasaran dengan penyiar. Kalo dulu, pendengar bisa mati2an penasaran dengan penyiar idolanya, dari suara kelihatan cantik/ganteng, apakah aslinya juga begitu? sehingga mereka rela datang ke studio untuk bertemu langsung dgn penyiar kesayangannya. Adanya facebook membuat minat pendengar untuk bertemu langsung dgn penyiar jadi sedikit berkurang. Meskipun di radio tempat saya bekerja, masih ada beberapa pendengar yg rela jauh2 datang untuk berkunjung ke studio.

Kemajuan jaman juga memudahkan pendengar untuk tetap mendengarkan radio dimanapun mereka berada. Kalau dulu, jangkauan radio hanya terbatas di satu kota atau paling maksimal ke kota sebelah. tapi sekarang, jangkauannya bisa sampai ke luar kota, pulau atau bahkan luar negeri dengan adanya streaming. Dulu pedengar hanya bisa mendengarkan radio melalui 'radio kotak/radio tape' tapi sekarang, mereka bisa mendengarkan melaui streaming internet atau fasilitas radio di handphone yang sifatnya portable dan  mudah dibawa kemana2.


Bagi penyiar, perkembangan teknologi radio juga sangat membantu dalam siaran. Kalo dulu, berdasarkan cerita penyiar2 tua dan senior, memutar lagu menggunakan radio tape dengan kaset pita. Bahkan saya sempat mendengar cerita bahwa penyiar senior di radio saya sempat mengalami era siaran dengan piringan hitam! Sekarang, tinggal cari dan klik, lagu sudah terputar otomatis tanpa harus memutar kaset pita yang kadang kusut.

Meskipun sudah tidak banyak dilirik, tapi menurut saya, radio masih memiliki power. Ada banyak kelebihan radio yang tidak dimiliki oleh media lainnya. Bahkan di kota saya, pedagang2 di pasar, warung, rumah makan, toko, ibu2/bapak2 di rumah, masih banyak yang mendengarkan radio meskipun hanya sambil lalu. Request di radio saya juga masih banyak, bahkan di beberapa acara unggulan, radio tempat saya bekerja sering kebanjiran sms. Namun, tidak tepat rasanya jika mengukur banyak-sedikitnya pendengar melalui request yang masuk. Bahwa perlu diketahui, lebih banyak pendengar yang pasif daripada pendengar yang aktif berinteraksi melalui telpon/sms/fb/lainnya karena biasanya pendengar pasif mendengarkan radio untuk 'rungon2' (pengisi suasana agar tidak sepi) seperti pendengar di pasar, rumah makan dll yang mendengarkan radio untuk teman bekerja.

Selain itu, saya menemukan keunikan tersendiri ketika mulai memasuki dunia kerja radio. Pendengar aktif yang sering berinteraksi lewat telepon/sms ini ternyata juga akrab dengan pendengar lainnya serta saling berkirim salam, padahal sebelumnya mereka belum saling mengenal. Bahkan mereka sering berkunjung ke rumah satu sama lain, membuat paguyuban pendengar dan arisan. Bagi mereka, mendengarkan radio ini bisa memperluas jaringan, sarana hiburan dll. Saya kadang heran dengan ibu2/bapak2 yang hampir di tiap acara meluangkan waktunya untuk telepon. Apa mereka nggak mikir pulsa yang harus keluar untuk telepon hampir di setiap acara. Ternyata bagi mereka, bukan soal request lagunya tapi soal ngobrol dengan penyiar, Karena bagi mereka, ngobrol dengan penyiar memiliki kesan tersendiri dan bisa jadi hiburan bagi mereka. Ada juga yang hanya dibacain SMSnya atau dijelang namanya sudah merasa senang. Itulah kenapa masih banyak yang request di radio. Nggak percaya? Saya sendiri pernah mengalaminya. Waktu SMP-SMA, saya suka dengerin radio, suka aktif request dan saya merasa sangat senang ketika request saya dibaca.


Pada akhirnya, meskipun keberadaan radio mulai tergeser, bagi sebagian orang, radio tetap memiliki tempat tersendiri :)

2 komentar: