Karena hati kita seperti rumah dimana satu dua atau
banyak orang pernah singgah. Mereka datang silih berganti, kadang hanya sekedar
mengetuk, ada pula yang sempat masuk meski hanya beberapa saat, ada pula yang
hanya memandangnya dari luar saja kemudian berlalu tanpa sempat mampir. Entah
karena hanya sekedar lewat atau memang enggan untuk sekedar berkunjung tanpa
sempat masuk karena apa yang nampak di luar tidak sesuai dengan apa yang
diinginkannya. Atau mungkin karena kita, sang pemilik rumah tidak cukup ‘welcome’ untuk menyambut dan menerima
kedatangannya. Kadang mereka tinggal sebentar, kemudian pergi karena setelah
tinggal selama beberapa hari, ada sesuatu yang membuat mereka tidak merasa
nyaman atau tidak cocok dengan suasana yang kita suguhkan.
Kadang ada seseorang yang sebenarnya berniat datang dan
mengetuk pintu rumah kita, kemudian menyerah dan pergi tanpa sempat masuk dalam
rumah karena kita, sang pemilik rumah tidak mau membuka pintu untuknya,
meskipun hanya sekedar mempersilahkannya untuk melihat-lihat saja. Mungkin
karena kita hanya melihat dan menilai sekilas dari balik jendela, bahwa orang
yang mengetuk tidak sesuai untuk tinggal di rumah kita. Kadang ada yang sempat
masuk namun kemudian kita memintanya untuk pergi karena ia tidak cukup baik untuk
tinggal dalam rumah kita. Bukannya merawat dan menjaga, tetapi malah merusak
dan tak mau memelihara. Ada yang sempat tinggal lama, namun kemudian ia pergi
karena telah menemukan rumah baru yang lebih luas, besar, mewah atau karena
dekat dengan tempatnya bekerja, atau karena tuntutan lain yang membuatnya harus
pindah dari rumah kita.
Kadang rumah kita kotor. Penuh dengan sisa jamuan atau
hiasan bersama tamu sebelumnya. Kadang hal itu yang membuat orang lain yang
berniat singgah, jadi mengurungkan niatnya untuk sekedar masuk bahkan hanya
sekedar mengetuk. Kadang kita perlu membersihkan rumah kita dulu. Dari
sisa-sisa makanan jamuan, foto-foto kebersamaan dengan tamu sebelumnya, dan
menghias serta merapikannya menjadi lebih baik, indah, segar dan baru lagi,
sehingga mereka yang akan atau sudah berniat untuk mengetuk pintu rumah kita,
tidak hanya berhenti pada sebatas mengetuk tapi juga mau masuk dan mungkin akan
berlama-lama tinggal di dalamnya.
Begitu pula hati. Sama seperti rumah yang kadang datang
dikunjungi. People come and go.
Orang-orang datang dan pergi. Ada yang singgah lama, ada pula yang hanya
sekedar lewat. Ada yang memang sengaja datang untuk mendekat, mengetuk dan
masuk. Ada pula yang iseng hanya lewat tapi kemudian berniat masuk. Dan ada juga
yang hanya melihat dari luar kemudian pergi lagi. Kadang ada orang yang berniat mengetuk pintu
hati atau sudah benar-benar masuk, namun kemudian pergi karena ia menganggap
kita, sang pemilik hati, tak cukup ramah menyambut, tak cukup terbuka membuka
hati kita untuk mereka yang sesungguhnya ingin masuk dan jadi penghuni hati
kita. Kadang ada yang berniat datang dan kemudian tinggal lama di hati kita,
namun kemudian pergi karena merasa tidak ada kecocokan atau kenyamanan ketika
bersama kita.
Kadang ada orang yang benar-benar berniat masuk dan
mengetuk pintu hati kita, namun kemudian menyerah karena kita tidak mau
membukakan pintu hati untuknya. Entah karena hanya dari pandangan sekilas atau
tampilan luar, kita tidak merasa cocok dengannya atau karena hal lainnya.
Kadang ada yang telah kita perkenankan masuk dalam hati, namun kemudian kita
harus memintanya pergi karena ia malah menyakiti dan melukai hati. Ada yang
tinggal lama di hati, namun kita harus merelakannya pergi karena mungkin ia
telah menemukan sosok baru yang lebih baik dan membuatnya lebih bahagia atau
karena hal-hal lainnya.
Kadang hati kita masih belum seutuhnya bersih dari kenangan masa lalu. Seperti rumah bekas
pakai yang ditawarkan untuk dijual namun tidak ada renovasi, furniture,
interior dan layout. Semuanya masih sama persis ketika penghuni lama
menempatinya. Bahkan terjadi kerusakan di sana-sini tanpa kita mau memperbaiki.
Begitu pula hati kita, kadang kita masih menyimpan bahkan dengan gamblang
memajang sisa kenangan orang yang telah pergi dari kita. Enggan menghapus,
membersihkan atau hanya sekedar meyimpannya rapi dalam tempat tersembunyi.
Kadang hal ini membuat orang yang ingin datang dan masuk dalam hidup kita,
kemudian pergi karena kita masih terbayang oleh kenangan masa lalu. Bahkan
kadang kita masih membiarkan luka hati dan rasa sakit hati terhadap mereka yang
telah pergi, menganga begitu saja dan membiarkannya terbuka dan tak mau
memperbaiki atau mengobati, seperti halnya kerusakan pada rumah yang sebenarnya
nyata dan terasa namun tetap kita biarkan dan tak kita perbaiki.
Sama seperti rumah bekas pakai yang akan disewakan atau
dijual, kadang ada calon penghuni yang siap membantu kita untuk membersihkan
rumah kita dari bekas barang-barang penghuni lama, memperbaiki kerusakannya,
atap-tembok-pintu-jendela dan perabotannya. Namun lebih seringnya, mereka
merasa tidak cocok dengan suasana rumah yang masih menyimpan kenangan penghuni
lama. Ibarat hati kita, kadang kita ingin ada orang baru datang dan masuk di
hati kita. Kemudian kita berbicara pada semua orang bahwa kita siap membuka
hati kita untuk orang lain. Namun ketika benar-benar ada yang mengetuk dan
berniat masuk, hati yang kita tawarkan masih belum benar-benar bersih dari
kenangan masa lalu, masih menyimpan dendam dan sakit karena luka yang
ditorehkan oleh yang telah berlalu, masih belum sepenuhnya ramah dan menerima
sesuatu yang baru. Kadang ada orang yang siap membantu kita untuk lepas dari
masa lalu, dengan segala daya dan upaya meyakinkan kita bahwa ia benar-benar
ingin memiliki kita dan akan menjaga kita sepenuhnya serta merubah segala cara
pandang kita yang lama sehingga kita mau menerima hal yang baru. Tapi lebih
seringnya mereka menyerah dan lebih baik datang pada hati yang telah siap
terbuka. Karenanya, sebelum kita pasang papan “sewa” atau “jual” di depan
rumah, ada baiknya kita bersihkan dulu rumah dari sisa kotoran penghuni lama
dan memperbaiki rumah dengan layout serta tatanan yang lebih baik lagi. Seperti
halnya hati kita, untuk menanti kedatangan seseorang yang baru dalam hati kita,
alih-alih berkata siap namun belum sesungguhnya membuka hati, lebih baik kita
bersihkan hati dari kenangan lama dan perbaiki diri jadi lebih baik lagi.
Sama seperti rumah, mungkin banyak orang yang datang dan
singgah kemudian pergi lagi dari hati kita. Ada yang mengetuk untuk kemudian
masuk lalu pergi. Membuka atau
menutup pintu hati, menyeleksi atau membiarkan saja mereka masuk dalam hati, membiarkannya
menyakiti atau mengusirnya pergi, menahannya untuk tetap tinggal atau merelakannya
pergi, semua pilihan itu tergantung pada kita. Kita adalah tuan dari hati kita,
sama seperti kita adalah tuan dari rumah kita sendiri. Membiarkan orang untuk
datang, masuk dan mengusir pergi adalah hak dan piihan kita.
Dan satu hal lagi, jika kita benar-benar ingin orang
baru datang dan masuk ke dalam hati kita, kita harus benar-benar telah lepas
dan bersih dari kenangan masa lalu. Kita harus benar-benar telah menutup luka
dan rasa sakit kita. Karena tidak mungkin kita biarkan tamu datang, masuk dan
tinggal ke rumah yang kotor serta belum sepenuhnya bersih. Karena tidak mungkin
kita biarkan orang yang kita inginkan untuk datang dan tinggal dalam hati kita,
namun hati kita masih kotor dan masih menyisakan terlalu banyak ruang untuk
masa lalu. Beruntung jika orang baru yang datang siap menerima, mengobati luka
dan mau membantu kita untuk move on.
Jika tidak, kitalah sendiri yang harus berjuang untuk membersihkan sisa
kenangan lama karena kitalah tuan dari hati kita sendiri, pilihan untuk
membersihkan atau membiarkannya tetap menjadi jamur dan parasit hati adalah
keputusan kita. Jadi, bersihkan dulu hatimu dari kenangan masa lalu dan perbaiki dirimu sebelum menyambut kedatangan yang
baru!