Ceritanya gara-gara belakangan saya ngganggur setelah wisuda (meskipun masih siaran juga sih), saya jadi sering melakukan hal-hal yang nggak penting banget. Dari browsing sampe kepala pusing, baca buku, baca artikel-artikel di internet, dengerin musik, nonton film, bengong, merenung, nyepi, bolak-balik posting tulisan nggak penting di blog. pokoknya momen 'nganggur' ini bener-bener bikin saya mati gaya. tapi untungnya saya masih bisa melakukan beberapa kegiatan yang cukup bermanfaat (bagi sebagian orang) seperti kegiatan yang saya sebutkan di atas.
eniweii, saya nggak mau bahas soal kegiatan saya selama nganggur sih. ntar dikira curhat lagi, mwahahaha! saya cuma mau berbagi soal obrolan saya sama seorang teman. jadi ceritanya saya punya novel nih, trus temen saya jadi ketularan pengen baca. nah, akhirnya saya kasih pinjem deh. terus waktu selesai baca, dia bilang gini:
teman : "novelnya jelek nih, mbak. endingnya nggak bagus. masak iya, si tokoh utama akhirnya nge-jomblo."
saya : "lah, emang kalo bikin novel atau film, ending yang bagus mesti bahagia ya? kayak dongeng anak-anak dong."
percakapan singkat di atas sebenernya pengen saya lanjutkan lagi, tapi males juga debat sama temen sendiri. akhirnya saya iyain aja biar dianya seneng (hahaha, peace!).
ngomong-ngomong soal ending novel atau film, banyak orang yang bilang kalo 'sad ending' itu bukan ending yang bagus! yang bagus itu kalo si cewek sama si cowok hidup bahagia selamanya sebagai pasangan (kalo genrenya romantic). atau si tokoh utama memenangkan pertandingan/pertarungan (kalo genrenya action). atau macem-macem ending yang mereka simpuilkan sebagai 'happy ending'. biasanya para penikmat film maupun novel bakal langsung bilang karya itu jelek kalo endingnya nggak sesuai harapan apalagi kalo sad ending. nggak salah juga sih, tiap orang kan berhak menginterpretasikan karya tersebut sesuai pendapat mereka masing-masing.
Tapi menurut saya, ada makna tersendiri yang ada dalam novel atau film yang sad ending. bahwa si penulis cerita (mungkin) mencoba mengajarkan kita bahwa ending sepotong kisah atau keseluruhan hidup manusia itu nggak mesti bahagia. buat saya, bagusnya novel atau film itu nggak cuma ditentukan dari endingnya saja tapi keseluruhan jalinan cerita, perjalanan kisahnya dan pelajaran apa yang bisa kita petik dari proses perjalanan cerita yang disuguhkan. pernah denger ungkapan kan, kalo 'belajar itu bukan soal hasil apa yang bisa kamu capai, tapi soal prosesnya, meenn! PROSES!" perkara hasilnya bagus atau jelek, yang penting kita belajar dan mengambil hikmah dari rangkaian proses tersebut.
Selain itu, dari dialog saya di atas bersama teman saya, ada pemikiran yang menurut saya luput. banyak orang yang mengira bahwa ending sebuah novel itu adalah akhir dari hidup sang tokoh. bahwa novel atau film kadang cuma sepotong atau satu dari puluhan bahkan ratusan kisah yang dialami tokoh kan. just a piece, not their whole life. kisah mereka tetap berlanjut dan beranjak ke babak baru, tapi mungkin di luar apa yang tertulis dalam novel atau divisualisasikan dalam film. meskipun di akhir kisah, si tokoh hidup ngejomblo, siapa tahu di kisah selanjutnya dia menemukan pasangan. life still go on, kan? dan belum tentu juga yang di akhir kisah mereka hidup bahagia sebagai pasangan, di kisah selanjutnya mereka menemukan permasalahan.
meskipun ada beberapa novel atau film yang mengkisahkan sampai akhir hayat si tokoh. dan ngomong-ngomong soal akhir hayat, pasti ada juga yang sebel kalo di akhir cerita, si tokoh akhirnya meninggal dunia. lah, tokoh itu kan bukan dewa yang nggak bisa meninggal. pada akhirnya semua orang akan mati, bukan? mungkin penjelasannya bisa balik ke paragraf sebelumnya. bahwa ini bukan soal gimana akhirnya, tapi proses dan pelajaran yang kita ambil dari seluruh rangkaian cerita.
jadi intinya, novel atau film sad ending mengajarkan kita bahwa akhir cerita kita bersama seseorang itu nggak mesti berakhir bahagia. bahwa yang terpenting adalah kita belajar dari prosesnya. Kalo ending sedih dari kisah dalam novel dan film yang notabene adalah kisah orang lain aja nggak bisa nerima, apalagi kalo kejadian beneran dalam kehidupan nyata sendiri. Jadi akhir kisah yang sedih itu juga mengajarkan pada kita untuk siap menerima kenyataan pahit dalam kisah hidup ini. Soal sedih atau bahagia, itu tergantung bagaimana kita memandangnya. Karena perasaan sedih atau bahagia itu kita sendiri yang menentukan.
Life isn't just about a happy ending story. Sometimes we have to taste a bitterness and sadness to take a lesson from that moment :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar