Segala sesuatu itu ada masanya, ada waktunya dan ada saatnya. Ibarat kue, minuman atau makanan yang tentu ada batas waktu untuk dimakan. Pernah terbayang apa yang terjadi apabila makanan yang sudah lewat batas waktu kadaluarsanya itu kita paksakan untuk dimakan? Tentu makanan yang sudah lewat kadaluarsanya tersebut akan membuat kita sakit, entah itu sakit perut, pusing, mual, atau segala bentuk sakit lainnya. Sama dengan apa yang ada di sekitar kita, apa yang kita miliki. Tuhan sudah menentukan batas waktu kepemilikan kita dan kapan sesuatu itu akan datang serta kapan ia akan pergi. Kebayang kan kalo kita tetap memaksa untuk memiliki dan bersama dengan sesuatu yang sebenarnya sudah seharusnya pergi atau ingin pergi? sesuatu yang sebenarnya sudah habis batas waktu dan tidak layak ada alias kadaluarsa, tentu sakit yang akan kita rasa ketika menahan sesuatu yang ingin pergi. Kecewa, kehilangan harapan karena penolakan yang ada, akan menjadi konsekuensi dari memaksakan kehendak untuk tetap mempertahankan sesuatu yang ingin pergi dan sudah habis masanya.
Hal tentang memiliki saya analogikan seperti kita yang meminjam sesuatu pada yang punya. Ia sudah mempercayakan apa yang ia miliki untuk dipinjamkan dan dititipkan pada kita, tugas kita adalah menjaga dan merawatnya. Kemudian ada saat dimana sang pemilik meminta kembali apa yang sudah dititipkan dan dipinjamkannya. Entah karena sudah waktunya sesuatu itu untuk kembali sesuai dengan kesepakatan awal atau karena kita kurang baik menjaganya sehingga lebih baik sang pemilik mengambilnya lagi. Sama halnya dengan relasi kita dengan Tuhan dan makhluk ciptaannya. Tuhan adalah sang empunya segalanya dan kita hanya manusia yang diberi titipan oleh-Nya. Kita diberi kesempatan untuk menjaganya dengan baik, untuk memilikinya dalam waktu tertentu hingga tiba saat Tuhan mengambilnya dan menjauhkannya dari kita.
Intinya,
kita tidak pernah benar-benar memiliki sesuatu di dunia ini dan seperti apa kata saya di awal, apa yang kita miliki tentu ada masanya. Akan tiba saat dimana Tuhan, yang berhak atas segala yang kita punya, harta - orang tersayang, termasuk nyawa kita, diambil oleh-Nya yang berkuasa atas kita. Dan itu berarti adalah saat dimana kita harus belajar ikhlas dan dengan rela membiarkannya pergi. Mau gimana lagi? Emang masanya aja yang udah abis dan sudah waktunya Tuhan mengalihkannya dar kepemilikan kita.
Karena, titik tertinggi dari memiliki justru adalah saat dimana kita dengan rela dan ikhlas membiarkannya pergi serta berbahagia dengan pilihannya. Kedewasaan dan ego kita diuji di sini. Kita tidak bisa memaksakan kehendak kita untuk menahan sesuatu yang ingin pergi, memaksakan kehendak kita adalah wujud egoisme. Merelakan sesuatu yang sudah seharusnya pergi dan membiarkannya berbahagia bersama yang lain adalah wujud kedewasaan kita, wujud dimana kita juga memikirkan kebahagiaan orang lain dan mengabaikan ego kita.
Justru di titik inilah kemenangan sejati ada pada kita, dimana kita bisa ikhlas, rela menanggalkan ego kita demi kebahagiaan orang yang kita sayangi. Karena kita harus mengikhlaskannya pergi jika memang dia bukan untuk kita, karena dia sudah digariskan untuk bersama orang lain. Nggak mau kan, sesuatu yang seharusnya kamu miliki kelak, ternyata gagal atau tertunda untuk kamu miliki, hanya karena sesuatu itu ditahan oleh pemilik lamanya agar tetap bersamanya.
Ingatlah, bahwa apa yang tidak digariskan menjadi milik kita adalah apa yang seharusnya dimiliki orang lain. Lepaskanlah, karena nantinya juga kamu akan digariskan dengan yang lain juga. Karena penahananmu tak hanya menghambatnya tetapi juga menghambat dirimu sendiri untuk bertemu sesuatu yang memang Tuhan ciptakan untukmu. Ikhlas dan rela, meskipun sakit, sulit dan pahit, tapi pasti akan ada yang terbaik yang datang untukmu. Karena kita nggak bakal tahu rasanya manis kalo belum ngrasain pahit dan kita nggak akan jadi semakin kuat kalo kita belum ngrasain sakit. Be strong!
**written to motivate myself to let go of something that I can't have...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar